Banyak cerita tak beralasan tentang gudeg, beredar di masyarakat. Begitu pula saat berselancar di dunia maya, banyak ditemukan beberapa gosip miring seputar gudeg. Mana yang benar?
>> Ada yang mengatakan, gudeg kering berwarna kemerahan karena dimasak dengan tambahan darah ayam. Ini sama sekali tidak benar.
Faktanya, warna merah gudeg berasal dari pemakaian bumbu gula merah dan direbus perlahan dengan tambahan daun jati. Getah daun jati inilah yang memberikan warna merah atraktif pada gudeg nangka.
>> Denger-denger, ada juga cerita bahwa kata gudeg berasal dari kata ‘goed, dek’. Dulunya ada seorang pria Belanda yang beristri wanita Jawa. Suatu hari, sang istri memasak sayur nangka muda dan suaminya suka. Maka, ia pun memuji kelezatan masakan istrinya (yang sehari-hari dipanggil ‘Dek’ atau ‘Adik’), “Goed, Dek”.
Faktanya, tidak ada satu pun data literatur atau hasil penelitian ilmiah yang mendukung cerita ini. Anggap saja kisah di atas hanyalah karangan untuk lucu-lucuan saja.
>> Gudeg hanya disajikan khusus untuk kaum bangsawan keraton.
Faktanya, gudeg bukan masakan istimewa. Justru masakan ini muncul dari dapur rumahan wong cilik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gudeg ada setelah babat alas (penebangan hutan) Mentaok untuk pembangunan Keraton Mataram. Di hutan ini banyak dijumpai pohon nangka dan pohon kelapa. Maka, tercetuslah ide dari para perintis Mataram untuk mengolah hasil kolaborasi kedua tanaman ini menjadi masakan yang lezat, yakni gudeng nangka muda.(f)