Di antara semua hidangan yang disajikan di acara Azanaya di Jakarta, babae yang termasuk istimewa. “Sangat dihargai karena kacang putihnya tersedia terbatas dan ditanam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sering tanaman kacang ini ditanam beberapa bulan sebelum dibutuhkan untuk perhelatan besar. Proses merebus dan menghaluskannya pun memakan waktu karena dilakukan secara manual,” jelas Noniawati Telaumbanua, penulis dan pemerhati budaya Nias.
“Rasanya pun memadai dengan tenaga dan waktu yang dihabiskan. Apalagi kalau ditambah potongan daging babi asap yang menebarkan aroma merangsang,” tambahnya.
Babae tidak bisa dipisahkan dari fakhe hada atau fakhe nifalögu atau disebut fakhe untuk singkatnya. Nasi untuk fakhe dimasak dalam belanga khusus berbentuk setengah bola, dan dimasak di atas api kayu. Penyajian nasi ini pun unik, dalam keadaan terbalik sehingga seluruh keraknya tampak.
“Supaya tamu yakin bahwa yang disajikan bukan nasi sisa,” jelas Noni. Waktu menyantapnya, nasi dikepal-kepal, lalu dicelupkan ke dalam sup babae.
