Career
Bangkit dari PHK! (part 1)

19 Dec 2012

'Anda dipecat!' Siapa, sih, di antara kita yang nggak merasa shocked dan tertekan begitu mendengar kata-kata ini diucapkan atasan? Kehidupan kita yang awalnya serba teratur dan terencana pasti langsung berantakan begitu kita terkena pemutusan hubungan kerja alias PHK!
    Selain nama baik yang jadi 'tercemar' karena berstatus 'pengangguran akibat dipecat', kita juga bertambah pusing karena nggak lagi memiliki penghasilan sendiri.
    Boro-boro bersenang-senang, membayar cicilan laptop atau motor saja kita sudah nggak mampu! Kita kudu segera bangkit dari kesedihan, tuh, kalau nggak mau terus terjebak dalam situasi ini!


Intropeksi dulu
Nggak bisa dipungkiri kalau PHK selalu memberi dampak yang tidak menyenangkan dalam hidup kita. Apalagi jika pemecatan ini terjadi karena kita telah melakukan kesalahan yang cukup fatal bagi perusahaan. Hasilnya, nih, kita jadi merasa bersalah dan kepercayaan diri pun menurun drastis.
    Menurut Wesmira Parastuti, M.PSi (Mia), konsultan karier dari Wismira Psychological & Recruitment Services, perasaan bersalah dan rendah diri adalah dua hal pertama yang kudu diatasi begitu kita mengalami PHK. Kita juga nggak boleh larut dalam kesedihan dan justru harus memotivasi diri untuk terus berkarya.
    “Wajar saja jika pada awalnya kita merasa ditolak, kecewa dan kesal, terutama bila mengingat PHK biasa menimpa seseorang dalam waktu singkat. Tapi kita mesti berhenti meratapi nasib dan menerima keadaan dengan jujur dan ikhlas. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran, bukan sekadar penyesalan!”
    Sambil melakukan intropeksi diri, janganlah ragu untuk membuka diri pada orang-orang terdekat kita. Berkeluh kesah tentulah dapat mengurangi beban di hati kita. Dengan adanya dukungan dari mereka, semangat kita untuk menutup lembaran lama dan memulai hidup baru juga bakal bertambah!

Maju terus!
Setelah melakukan intropeksi dan mengatrol kembali semangat hidup, segeralah menyusun rencana untuk masa depan. Mengirim CV ke beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang sama dengan perusahaan lama merupakan salah satu contoh langkah awal. Yang pasti, sih, carilah peluang di perusahaan yang menyediakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan kita.
    Jangan terpaku pada posisi yang sama dengan posisi kita di perusahaan sebelumnya. Kita boleh banget, kok, melamar untuk suatu posisi baru, apalagi jika di perusahaan lama kita pernah 'mencicipi' tugas-tugas posisi lainnya.
    Dulu pasti ada kalanya, kan, kita mengerjakan tugas yang agak menyimpang dari tugas utama kita dalam mengerjakan suatu proyek.
    “Jika posisi kita dulu marketing, misalnya, sekarang kita sah-sah saja melamar posisi public relation. Apalagi jika kita pernah terlibat mengerjakan tugas-tugas divisi PR seperti mengatur acara dengan klien maupun mengontak biro iklan. Asal sesuai dengan pengalaman dan kemampuan kita, nggak ada salahnya, kok, melamar posisi baru,” kata Mia. CC



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?