Trending Topic
Wanita Melawan Stigma

2 Dec 2013

Lebih dari 2 dekade, virus mematikan ini telah berkembang di Indonesia. Namun, masyarakat masih menganggap tabu bicara HIV/AIDS. Justru inilah yang membuat orang rentan terinfeksi virus tersebut. Cara terbaik memutus rantai berkembangnya virus ini dengan mencari tahu status HIV seseorang.

Wanita Melawan Stigma
Irvan, 35, (nama samaran) terkulai lemas tak berdaya ketika hasil VCT (voluntary counseling and testing) menyatakan ia positif terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus). Padahal, saat itu istrinya, Winda, 33 (nama samaran), sedang hamil anak kedua mereka. Winda pun segera menjalani tes HIV, dan dinyatakan positif.

Beruntung, perusahaan tempat Irvan bekerja memberikan biaya perawatan medis untuk pasangan ini. Bahkan, perusahaan menjaga kerahasiaan status Irvan yang positif HIV, sehingga ia terhindar dari stigma dan diskriminasi teman-teman di kantornya.

Setelah tes, Irvan dan istrinya rutin mengonsumsi obat ARV (anti retroviral) untuk menghambat perkembangan virus. Bayi laki-laki mereka lahir secara operasi caesar dan dinyatakan HIV negatif setelah 12 bulan menjalani pemeriksaan.

“Lega dan bersyukur, bayi kami tidak tertular,” ungkap Winda, yang tidak menyusui anaknya ini. Jika saja ia tak segera melakukan tes, mungkin nyawa anaknya tidak akan terselamatkan. Perawatan dengan obat ARV yang benar dengan dosis tepat mampu menghambat perkembangan virus hingga 96%.

Kasus Irvan dan Winda merupakan satu dari sedikit kasus HIV/AIDS yang telah terungkap di Indonesia. Dari tahun 2005-2013, jumlah kasus HIV di Indonesia 103.759 dan AIDS: 43.347 (Data Kementerian Kesehatan 2013 Triwulan 1).

“Data yang ada saat ini adalah fenomena gunung es. Jumlah yang belum terungkap banyak sekali, sekitar 175.000-250.000. Untuk itu, perlu kesadaran masyarakat untuk segera melakukan tes VCT,” ujar dr. Leo Indarwahono, SpKJ, Executive Director Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA).

Isu terbaru terkait HIV/ AIDS adalah 80% orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah usia produktif (15-49 tahun). Dari data ini HIV/AIDS berdampak serius bagi sektor ketenagakerjaan dan ekonomi. Akibat yang ditimbulkan dari virus ini: hilangnya SDM yang berkualitas, meningkatnya biaya perawatan tenaga kerja dengan HIV/AIDS, dan terganggunya situasi hubungan kerja karena stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.  
Kasus infeksi HIV kini mulai menjangkiti kelompok masyarakat umum yang selama ini tergolong dikategorikan sebagai kelompok dengan risiko rendah, yaitu ibu rumah tangga. Fakta terbaru cukup mengejutkan, menurut laporan Kemenkes 2013, jumlah kumulatif penderita AIDS dari tahun 1987-2013 menurut profesi, ibu rumah tangga menempati posisi ketiga dengan jumlah 5.006 kasus. Angka ini di bawah wirausaha.

“Penularan melalui hubungan seksual suami-istri menyebabkan kasus HIV/AIDS  pada ibu rumah tangga tinggi. Namun, tidak menutup kemungkinan angka itu dipengaruhi dari penggunaan jarum suntik narkoba atau faktor lain,” jelas Leo.

Menurut data IPPI (Ikatan Perempuan Positif Indonesia), kasus HIV pada wanita disebabkan karena wanita tidak tahu status HIV pasangannya dan tentunya tidak tahu kalau dirinya terinfeksi pula.

Kedua, sekalipun telah mengetahui dirinya mengidap HIV, wanita takut memberitahukan keluarganya atas stigma dan diskriminasi dari keluarganya.  Ketiga, dalam pelayanan kesehatan, wanita tidak ditanyai tentang  perilaku risiko tinggi dirinya dan pasangannya sehingga kebanyakan kasus HIV AIDS ditemukan di stadium akhir.  
 
“Saat ini sudah ada 480 orang yang mendaftar ke IPPI dari seluruh Indonesia. Melalui organisasi ini, para wanita positif HIV memperoleh advokasi dan dapat memberdayakan diri di aspek kesehatan, sosial, pendidikan, dan ekonomi,” jelas Cia Wibisono, Staf Sekretariat Nasional IPPI.

Daria Rani Gumulya


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?