Group pressure, diakui psikolog Rima Olivia, memang bisa berpengaruh terhadap keputusan seseorang. Akan tetapi, belum tentu tiap orang otomatis akan fit in dengan kelompoknya. Ada beberapa hal yang bisa menentukan konformitas seseorang dalam sebuah kelompok.
“Manusia itu sedemikian kompleks, lho. Seseorang pasti punya daya dorong seperti ambisi pribadi, pengalaman masa lalu, value pribadi yang dia pahami tentang berkerja, dan masih banyak hal lain,” katanya. Karena itu, faktor pressure belum tentu menjadi faktor penentu.
Lebih jauh Rima menjelaskan, seseorang pada dasarnya dibentuk oleh pengalaman-pengalaman hidup dan perjumpaannya dengan banyak orang di dalam hidupnya. Ketika masih kecil, nilai-nilai yang diadopsi adalah ibunya, ketika masuk sekolah adalah nilai-nilai gurunya, dan ketika baru masuk kerja, maka seseorang akan mengadopsi nilai-nilai yang dianut oleh bos yang ia anggap memiliki kualitas pribadi yang memukau. Namun, bila ditelaah, value ini adalah hal yang krusial. Orang yang memiliki value yang sama itu cenderung menyatu, karena yang membuat mereka bisa cocok satu sama lain, ya, value itu.
Sebagai orang yang bekerja, value kita biasanya akan dipengaruhi oleh atasan dan organisasi tempat kita bekerja. Karena itu, kita tidak akan melamar ke sebuah perusahaan yang value-nya berbeda dengan kita. Misalnya, seseorang yang suka seni, ekspresif, dan tidak suka aturan, maka hampir mustahil ia akan melamar jadi tentara. “Maka, tanpa disadari kita akan melamar ke pekerjaan yang setipe dengan kita,” kata Rima.
Value yang dianut juga yang bisa membuat orang berkata ‘tidak’, meski ia tidak sesuai dengan arus besar di sekelilingnya. Katakanlah dalam rapat. Meski semua peserta rapat setuju dengan pendapat bos (yang sebetulnya keliru), anak buah pasti akan berani bilang ‘itu salah’, kalau memang value yang dia anut adalah kebenaran.(YOSEPTIN PRATIWI)