Kekuatan dukungan orang terdekat juga dirasakan oleh Rerre Adysti (28), penderita bipolar disorder, yaitu gangguan pada perasaan seseorang akibat masalah di otak, yang ditandai dengan perpindahan (swing) mood, pikiran, dan perubahan perilaku.
Walaupun sempat merasa tersingkir dari keluarga karena perilakunya dianggap sebagai bentuk mencari perhatian, seiring berjalannya waktu, keluarga pada akhirnya bisa menerima kondisi ini, bahkan memberikan rasa aman dan kasih sayang padanya. Peran kekasih yang seorang calon psikolog membuatnya makin memahami penyakit yang ia derita, termasuk bagaimana cara mengatasinya.
“Saat keluarga dan kekasih memberi dorongan, saya juga memasukkan sugesti positif, kondisi saya menjadi lebih baik. Begitu emosi terasa kurang stabil, saya segera mencari keluarga atau sahabat untuk mendengarkan unek-unek saya,” ujar Rerre, yang selalu membuat mood calendar untuk mendeteksi mood swing-nya. “Jika perlu, dokter akan mengintervensi keluarga melalui psikoedukasi agar anggota keluarga mengenali gejala yang ditimbulkan dan bagaimana mengatasinya, bukan malah mengucilkannya,” tambah dr. Nurmiati. (RULLY LARASATI)