Trending Topic
Spiritualisme Modern

3 Sep 2013


Sebetulnya, wajar jika seseorang membutuhkan dan berusaha mencari nilai-nilai spiritual. Sebab, spiritualisme memang bagian dari manusia. Setidaknya, itu yang pernah dirumuskan oleh cendekiawan dan budayawan, almarhum Nurcholish Madjid alias Cak Nur. ”Beliau mengatakan, manusia memiliki tiga dimensi; lahiriah, insaniah (psikologi/kejiwaan), dan rohaniah (spiritual),” ujar Achmad Munjid, dosen Center for Religious and Cross-Cultural Studies, Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Mungkin karena itu, untuk memenuhi kebutuhan akan rohaniahnya, manusia perlu mengisinya dengan agama atau kepercayaan.

Untuk memperkaya wawasan dan jawaban yang berhubungan dengan agama, mungkin Anda memang butuh pemuka agama dengan tingkat pemahaman agama yang sangat baik. Namun, untuk menemukan jawaban atas suatu masalah dunia yang pelik, tidak berarti Anda perlu penasihat spiritual. Karlina merumuskan cara sederhana untuk itu. ”Cukup masuk kamar, matikan lampu, duduk, dan kenali diri Anda. Lakukan ini  tiap hari, 15 sampai 30 menit,” sarannya.

”Spiritualisme itu pada akhirnya adalah olah batin. Terkadang, seseorang memang perlu dibimbing oleh seseorang untuk melakukannya,” kata Karlina Supelli, dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Ada perbedaan besar antara sekadar bertanya dan mendengar nasihat dengan melakukan olah batin sendiri. Menurut Karlina, ini bukan jalan pintas bahkan terkadang ’menyakitkan’.

Pasalnya, saat mengolah batin itu kita berdialog dengan diri sendiri, menengok ke masa lalu, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan serta konsekuensi dari tindakan yang telah dan akan kita lakukan. Dan itu tidak mudah. ”Terkadang sulit untuk mengakui kesalahan yang telah kita lakukan,” tambah Karlina. Ia mengibaratkannya sebagai the darkest night of the soul. Dan ingat, pembimbing itu bukan seorang paranormal yang berusaha memanfaatkan Anda untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Inilah yang dimaksud dengan ’mencari’ spiritualisme yang perlu dilakukan oleh manusia modern. Semua olah rasa itu nantinya akan dimanfaatkan untuk mengatasi masalah-masalah di dunia ini. Karena, bagaimanapun, menurut Karlina, segala yang Anda renungkan dan spiritualisme yang Anda gali tetap harus menjejak kembali ke dunia. Itu baru pintar.

Sependapat dengan Karlina, Munjid juga menganggap fenomena rame-rame mencari penasihat bukan praktik yang lazim di masyarakat modern. Salah satu ciri masyakat modern adalah kemandirian individu. Orang modern dianggap sebagai individu yang bisa mengambil keputusan sendiri, termasuk dalam urusan agama.

Munjid menjelaskan, salah seorang pelopor modernisasi, Martin Luther, yang hidup di abad ke-16, menggagas bahwa  tiap orang berhak dan memiliki kapasitas untuk berkomunikasi dengan Tuhan secara langsung. Aspek individualisme sangat ditekankan di sini. Praktik agama, yang ditekankan adalah yang dipraktikkan secara individu dan tidak bergantung pada tokoh sentral.

”Seseorang mungkin tetap butuh pemandu spiritual, tapi minimal, hanya untuk urasan yang fundamental. Tapi, ketika banyak orang sedikit-sedikit pergi ke kiai, ini merupakan tindakan yang tidak sejalan dengan modernitas,” urai Munjid.

Pada akhirnya,  tiap tindakan kita adalah ’buah’ dari pemikiran kita sendiri dan diputuskan dengan rasa percaya diri. Meski kita tahu ada kekuatan yang lebih besar dari kita yang pada akhirnya akan menentukan,   kita tetap harus berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan.




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?