“Tentu kita semua ingin cepat-cepat jadi negara maju. Sistem itu gampang dibeli, teknologi bisa terus ditingkatkan, tapi edukasi harus dilakukan secara bertahap. Jangan sampai teknologinya sudah terlalu canggih, tapi masyarakat belum siap, dan yang lebih dulu siap malah para penjahat,” jelas Peter. Ia juga menyesalkan makin banyak dan ‘kreatif’-nya modus penipuan yang memanfaatkan ponsel dan internet.
Agustinus Prasetyantoko, pengamat dan dosen ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya, juga menggarisbawahi bahwa masyarakat urban dan kelas menengah ke atas yang sudah lebih dulu menerapkan sistem nontunai dalam gaya hidupnya harus terus mempertahankan kebiasaan baik ini, sembari terus mengedukasi diri. Selain soal keamanan, less cash society juga harus belajar bagaimana menggunakan kartunya dengan optimal dan belajar tentang perencanaan keuangan yang lebih baik.
Dari hal yang sederhana saja. Misalnya, dengan menetapkan anggaran mingguan atau bulanan untuk dimasukkan ke dalam kartu uang elektronik, memilih kartu atau alat pembayaran lain yang fungsinya paling banyak, mendisiplinkan diri untuk selalu mengecek saldo tiap kali bertransaksi, dan sebagainya. “Tidak perlu khawatir berlebihan, cukup waspada saja dan nikmati kemudahannya,” tutup Prasetyantoko.
PRIMARITA S. SMITA