Trending Topic
Semua Bernyanyi, Semua Bahagia!

16 May 2014


Sebagian dari mereka adalah wanita bekerja atau ibu rumah tangga. Beberapa bahkan ada yang masih duduk di bangku sekolah dan universitas. Yang mempersatukan mereka hanya satu, yaitu kecintaan pada hobi yang sama serta tekad untuk mempertunjukkan keahlian mereka pada orang-orang terdekat dan juga masyarakat luas. Jika ujung-ujungnya komunitas mereka jadi makin eksis dan dikenal masyarakat, itu bonusnya.

Jakarta International Community Choir (JICC)
Semua Bernyanyi, Semua Bahagia!  
                           

Meski bukan kumpulan penyanyi profesional,   semangat, totalitas, dan sepak terjang Jakarta International Community Choir (JICC) patut diacungi jempol. Mereka terbukti selalu mampu menjaga kekompakan vokal dan gerak, serta tampil seru dengan tata rias dan kostum bertema saat di atas panggung. Ya, komunitas ini memang rutin memeriahkan panggung Music Republician Concert Hall tiap tahunnya. Dalam konser Around The World (2009) misalnya, JICC membawakan lagu-lagu berbahasa Jerman, Jepang, Mandarin, Belanda, Afrika, sekaligus lagu daerah dan lagu nasional.  
 
Pada kesempatan lain, JICC mempersembahkan lagu-lagu broadway di konser A Melodious Afternoon dan Fantastic Halloween Concert (2011). JICC juga berhasil membawa penonton larut dalam lagu nostalgia grup musik Bee Gees, di konser Saturday Night Fever (2013). JICC juga tampil di event-event khusus yang diselenggarakan organisasi sosial lainnya, seperti American Women Association, British Women Association, dan German Society. Berbekal tema menarik, tak heran jika di tiap pergelaran musikalnya, JICC mampu menggaet hati penonton.
Mengusung moto ‘sing, laugh and enjoy!’, komunitas ini telah menjadi ‘rumah’ bagi mereka yang menyukai seni musik dan tarik suara sejak tahun 2006 silam. Uniknya, tak seperti kelompok paduan suara lainnya, perekrutan anggota JICC bebas proses audisi. Cukup dengan mendaftar online di website www.jicc-choir.com, siapa pun bisa bergabung. Anggotanya terdiri dari berbagai macam kewarganegaraan dengan beragam profesi, mulai dari dokter, pengacara, pengusaha, konsultan, ibu rumah tangga, jurnalis, guru musik, hingga akuntan, dengan rentang usia mulai dari 20 hingga 60 tahun.

Menurut Ivonne Atmojo (35), music director, JICC dibentuk bukan untuk berkompetisi namun sebagai wadah untuk mengembangkan dan memperkaya kemampuan diri tiap anggotanya. “Saya hanya ingin berbagi ilmu. Saya percaya bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar musik. Selain itu, menyanyi dalam sebuah grup adalah cara tepat paling instan untuk menghilangkan stres," tutur wanita yang berprofesi sebagai dosen musik di Universitas Pelita Harapan sekaligus kepala sekolah Music Republican ini.
Hal inilah yang dirasakan oleh salah satu anggota JICC, Léna Julien (40). Wanita asal Prancis ini mengaku kepercayaan dirinya meningkat sejak bergabung tahun 2007 lalu. “Sejak kecil saya suka nyanyi, tapi enggak cukup pede untuk ikut paduan suara. Setelah melihat suasana latihan JICC yang menyenangkan, saya tertarik untuk bergabung. Saya termotivasi untuk terus berusaha dan keluar dari zona nyaman,” ujar wanita yang terpilih  memerankan Morticia Addams dalam salah satu pertunjukan JICC bertema Halloween ini.                            
Lebih jauh Ivonne menguraikan, meski tak dibentuk untuk berkompetisi,  mereka tak main-main dalam berlatih. Selain rutin berlatih tiap Senin mulai pukul 20.30 hingga 21.00, di American Club, Kebayoran Baru, mereka juga dibimbing oleh pengajar profesional.
“Pada tiap sesi latihan mereka diajarkan teknik pemanasan vokal, pecahan suara (soprano, alto, dan bariton), sekaligus koreografi tari yang digabungkan dengan nyanyian. Mendekati pementasan, biasanya selain latihan rutin juga ditambah dengan porsi latihan di akhir pekan untuk penguasaan panggung,” jelas Ivonne.
Seperti saat ini, Lena dan anggota JICC yang berjumlah sekitar 40 orang sedang giat berlatih untuk pertunjukan musikal terbaru mereka di bulan November mendatang. Tema yang akan diangkat adalah Wonderland yang merupakan adaptasi modern dari kisah Alice in Wonderland. “Metode latihan gerak dan lirik dikemas sangat menyenangkan. Jadi, saya enjoy saja, meski harus berlatih kurang lebih 12 lagu,” kata Léna.
Léna  sudah tak sabar untuk tampil dalam konser kesepuluhnya itu. Ia memang selalu merasa bersemangat tiap kali berada di atas pentas bersama ‘keluarga besarnya’ di JICC. Menurutnya, rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin dalam JICC membuatnya nyaman sekaligus memberikan ekstra rasa percaya diri. “Rasanya sungguh luar biasa dapat menghibur ratusan pasang mata,” ungkap Léna.        Lalu, dari mana datangnya biaya untuk proses praproduksi hingga produksi? Ternyata, seluruh biaya terkumpul dari para anggota itu sendiri. “Dana yang terkumpul dari para anggota dipakai untuk sewa tempat latihan, bayar tenaga pengajar, serta membeli partitur dan iringan minus one dari Amerika,” jelas Ivonne.            

Hasil penjualan tiket mereka pergunakan untuk membiayai produksi pertunjukan. Memang, hasilnya tak bisa ditebak, kadang-kadang rugi, kadang-kadang ada sedikit profit. “Kami memang tidak punya tabungan yang besar, namun kami mampu bertahan berkat dedikasi dan kecintaan para anggota,” papar Ivonne.    
Rencananya, untuk konser Wonderland, JICC akan ‘menggandeng’ mahasiswa ESMOD dan Universitas Pembangunan Jaya untuk berkolaborasi dalam mendesain kostum, properti, dan backdrop, untuk menghadirkan  tata panggung yang istimewa. (WORO HARTARI TRIANTI)       


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?