Trending Topic
Rangkuman Tren Lebaran

8 Aug 2013


Apa yang disebut sebagai tren sekarang sebetulnya merupakan rangkuman dari kejadian-kejadian di tahun lalu. Sudah banyak orang yang melakukan, namun belum mewabah. Dalam hal busana, misalnya,  tahun lalu, fashion Lebaran identik dengan kaftan di mana-mana.

Mengenai tren ini, pengamat mode Sonny Muchlison, berkomentar, kaftan berasal dari India. Begitu kaftan ngetren, produk India langsung menyerbu Indonesia. Di situ, ada kepentingan pasar yang bermain. Tren ini diperkuat dengan expose media. Dalam hal ini, selebritas menjadi magnet utamanya. Maka, bisa dilihat, apa pun yang dikenakan oleh para artis yang kerap muncul di tayangan infotainment ataupun sinetron, lantas segera diikuti oleh khalayak.

Fenomena ini, menurut Erna, juga karena adanya keinginan seseorang untuk menunjukkan ‘keberhasilan' tingkat sosial ekonominya di mata orang lain. Caranya, dengan menggunakan atribut dan simbol-simbol kelas sosial yang bergengsi, seolah mereka merupakan bagian dari suatu kelompok tersebut. “Yang disayangkan, apa yang ditampilkan bukanlah esensi nilai-nilai Islami yang mengajarkan untuk 'tidak sombong/tidak riya' tetapi nilai 'mengikuti fashion' yang aktual,” kata Erna.

Tren tidak selalu apa yang terbaik, jika itu diikuti secara mentah-mentah, akibatnya malah bisa jadi salah kaprah. Sonny mengamati, awam kadang salah mengartikan antara busana dengan konsep menutupi dan berbusana secara fashion. Busana muslim, termasuk busana berlebaran, tak hanya harus mengikuti kaidah agama, tapi juga harus sesuai dengan kaidah fashion (fashion attire). Kesalah kaprahan yang sering kita lihat, kata Sonny, misalnya, memakai kaftan dengan dalaman kaos dan legging.

Kasus ‘salah tempat’ yang lain, misalnya, menggunakan jilbab yang ‘penuh’ aksen corsage dan bros, mix and match yang tidak serasi, aksen busana yang berlebihan, dan contoh lainnya. Dalam fashion ada istilah less is more. Kita bisa tampil maksimal dengan gaya minimal.

Lagipula, menurut Sonny, apa yang ada di pasaran, belum tentu menggambarkan representasi tren yang ada di dunia fashion. Misalnya, tren ciput ninja, datangnya justru bukan dari kalangan fashion, melainkan dari pasar yang menangkap demand tingginya keinginan wanita untuk berhijab stylist dan praktis. Sonny menyesalkan, sampai saat ini, belum ada desainer busana muslim yang mampu membuat inovasi membuat jilbab tanpa peniti yang ribet. Sehingga, hal ini ditangkap lebih dulu oleh para pedagang pasar untuk membuat ciput.

Begitu juga, tentang tren bahan jersey pada busana muslim. Bahan ini dipopulerkan oleh Coco Channel, dan didesain untuk busana kasual. “Busana dengan bahan jersey, sebaiknya tidak dikenakan untuk situasi formal,” menurut Sonny.  

Sama halnya dengan munculnya istilah mukena cetar membahana. Disebut cetar mungkin karena warna-warna dan motifnya yang meriah. Jika umumnya mukena berwarna putih, maka mukena cetar ini berwarna cerah menyolok mata, ada yang berwarna fuchsia, oranye, kuning, ungu, biru, dan  lainnya.

Penamaan seperti ini tentu datang dari kaum pedagang yang menggunakan strategi menjual lewat nama yang dianggap menggelitik. Istilah cetar sendiri datang dari artis Syahrini, yang tahun lalu namanya juga dipakai untuk ‘kaftan Syahrini’. Sebuah anomali, apa yang bagi sebagian orang awalnya dianggap norak, lantar sering dibicarakan, lama-lama ibarat marketing word of mouth, ternyata justru laku di pasaran. (f)   



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?