Trending Topic
Perubahan Perilaku

26 Feb 2014


Konsep hunian vertikal ini tidak hanya menawarkan kemudahan, tapi juga menciptakan karakteristik gaya hidup dan pola interaksi sosial yang berbeda bagi para penghuninya. Sehingga, seseorang yang terbiasa hidup di rumah horizontal, perlu beradaptasi.

Bagaimanapun juga, Ratna yang pernah mempelajari psikologi arsitektur mengatakan bahwa di batas tertentu, ruang hidup yang sempit ini membawa konsekuensi psikologis tersendiri bagi penghuninya. “Sebab, manusia tidak hanya perlu ruang untuk berdiri, ia juga butuh ruang untuk menepi dan menikmati kesendirian,” jelasnya.

Bahayanya, apabila kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka masing-masing individu  justru akan menghabiskan waktu lebih banyak di luar hunian, dan baru pulang ketika malam telah larut untuk menghindari persinggungan. Apalagi, jam pulang kantor adalah jam-jam rawan di mana tekanan lingkungan kerja dan jalanan di ibu kota bisa membuat orang mudah tersulut emosi.

Menurut Ratna, agresivitas dan individualitas yang terjadi sekarang ini disebabkan oleh lingkungan yang sudah terlalu crowded. Setelah di kantor yang penuh orang, di jalan masih harus berlomba mencari celah di jalanan ibu kota yang penuh orang. Lalu, begitu tiba di apartemen, ruangan yang awalnya tidak terlalu lebar  tiba-tiba menjadi  makin kecil oleh efek crowded sebelumnya.
Karena tidak mau bertambah pusing, banyak yang kemudian mengambil sikap untuk fokus memikirkan diri sendiri dan hanya mengurusi apa yang benar-benar jadi wilayah tanggung jawabnya. “Bahayanya, seiring waktu hal ini bisa menurunkan kepekaan sosial seseorang,” ungkap Ratna.

Jadi, jangan heran, jika korban tindak kejahatan yang terjadi di apartemen kerap terlambat diketahui atau dilacak. Seperti kasus pembunuhan seorang wanita bernama Holly, yang terjadi beberapa waktu lalu. Meskipun ia sempat berteriak-teriak minta tolong, pertolongan tidak juga datang. Holly bahkan lebih memilih untuk menelepon sanak saudaranya yang tinggal jauh untuk minta tolong.
 
Menurut Ratna, fenomena ini menggambarkan gejala psikologis yang dikenal sebagai diffusion of responsibility. Ketika mengetahui sebuah kondisi darurat –seperti kasus Holly– misalnya, orang yang kemungkinan mendengar akan berpikir bahwa ada banyak orang selain dirinya yang juga mendengar teriakan minta tolong itu dan akan mengambil tindakan.

Namun, hal ini tidak lantas membuat orang bisa melabeli mereka yang tinggal di hunian vertikal sebagai manusia yang tidak punya hati. Sebab, dalam kondisi demikian, ada pertimbangan-pertimbangan, seperti kemampuan pribadi yang dirasa memang tidak sepadan, atau takut ikut menjadi korban dan terseret masalah. Sayangnya lagi, hal ini juga dipengaruhi oleh situasi tempat tinggal yang mendorong kehidupan individualistis.     



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?