Trending Topic
Perlu Target

19 Nov 2014


Usai mendapat diagnosis, pertanyaan berikut yang akan muncul adalah, saya bisa hidup berapa lama lagi? Kita seakan-akan sudah memegang tiket untuk ‘pulang’, sementara mungkin masih ada unfinished business dalam kehidupan pribadi. Anak masih kecil, masih ada utang atau cicilan, dan sebagainya.
Belum beres dengan kondisi fisik yang makin melemah karena penyakit yang menyerang, kita juga harus berkompromi dengan banyak hal lain. Misalnya biaya terapi yang tidak murah, menjadi tambahan beban pikiran sendiri. Tidak itu saja, saran dari orang-orang terdekat untuk mengikuti pengobatan di sana-sini, membuat kita kewalahan. Mana dulu yang harus diikuti?
Walaupun kesannya kita sudah tidak memiliki banyak waktu, kita boleh saja mengambil jeda dan tidak melakukan tindakan segera setelah mendapat diagnosis dokter.  “Cari teman yang bisa membantu berpikir, bukan sebaliknya. Karena bisa saja, niat baik sahabat atau keluarga untuk menolong, malah jadi tidak menenangkan hanya karena cara ngomong-nya menyebalkan,” saran Nessi Purnomo, psikolog kerasulan keluarga Keuskupan Agung Jakarta.  Tidak ada aturan khusus  apakah seseorang perlu memberi tenggat untuk keterpurukannya itu. Tetapi, dengan membuat deadline, artinya kita tahu bahwa kita harus move on. Terlalu lama berada di titik nol  tidak akan membawa perubahan apa pun.  Penyakit tidak kunjung sembuh, keluarga juga mungkin letih menghadapi kita yang terus bermuram durja. Saran Nessi, “Kita perlu menemukan makna hidup, mengapa kita harus bertahan. Dengan mengikuti terapi, baik fisik maupun mental, dan ada harapan sembuh, kita bisa menemani anak lebih lama, misalnya.”
Dokter Theresia Diah Arini, SpKFR dari Siloam Hospitals Simatupang menambahkan, semangat pribadi pasien juga memengaruhi proses penyembuhan itu sendiri. Jika pasien sendiri sudah malas-malasan atau putus asa, maka hasil dari terapi pun berjalan lambat. Terkadang, perasaan tidak dibutuhkan oleh keluarga dan lingkungan, merasa jadi beban mereka, serta kurangnya perhatian dari keluarga membuat kondisi pasien  makin turun dan turun.  
“Dukungan keluarga sangat penting untuk kesembuhan pasien. Untuk itulah, tim rehabilitasi medik mengadakan family meeting dengan pasien dan keluarga. Sebagai awal, diberi target jangka pendek yang mudah agar pasien percaya diri untuk memenuhinya dan lebih termotivasi untuk mencapai target berikutnya.” (RULLY LARASATI)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?