Trending Topic
Pangan Aman dan Sehat

20 May 2015

Tahukah Anda, ancaman terbesar pada keamanan pangan kita sehari-hari bukan hanya pada makanan yang mengandung boraks, formalin, atau pewarna non makanan. Suratmono, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM mengungkapkan, masalah tertinggi dari makanan yang tidak aman dikonsumsi adalah cemaran mikroba. 

“Kondisi kebersihan pada makanan siap saji menjadi isu tersendiri. Kita tidak tahu apakah serbet yang dipakai untuk mengelap piring sudah dicuci bersih, atau apakah orang yang menyajikan makanan tersebut sudah cuci tangan atau belum,” paparnya. Akibatnya sudah bisa ditebak. Jika mengonsumsi makanan yang tidak cukup higienis, biasanya langsung terkena diare.

“Banyak kasus, orang menderita keracunan atau diare karena mengonsumsi makanan yang dikira higienis, ternyata tidak, karena memesan dari katering misalnya. Bisa jadi karena proses persiapan makanan yang kurang bersih, atau makanan yang dimasak kurang matang. Kecerobohan seperti inilah yang harusnya mendapat perhatian lebih. Tetapi sayangnya, karena kasus keracunan atau diare ini sering terjadi, malah dianggap biasa,” ujar Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menyayangkan.

Bisa jadi kita baru ‘tersadar’ bahwa es batu yang kita konsumsi sehari-hari ternyata tidak aman setelah pemberitaan bahwa  ada warga yang keracunan setelah meminum es pada akhir Maret 2015 lalu di daerah Setiabudi, Jakarta. Polisi menemukan bukti bahwa produsen es batu mencampurkan bahan berbahaya bagi kesehatan. Es batu yang sebetulnya untuk keperluan produksi seperti mendinginkan mesin bangunan, malah dijual ke masyarakat untuk konsumsi. 

Pemerintah bukannya diam saja melihat beragam masalah dalam pangan ini. Karenanya, untuk menekan penyalahgunaan bahan berbahaya, Badan POM mengawasi secara intensif ke pengecer, distributor, hingga importir dan importir produsen yang sudah diterapkan dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kepala Badan POM. Selain itu, untuk skala industri kecil, ditingkatkan pula pembinaan dan pengawasan yang melibatkan seluruh dinas atau SKPD terkait di daerah, terutama pada produsen dan pengusaha untuk menerapkan kaidah produksi pangan yang baik.

“Terakhir, tentu saja konsumen perlu diberdayakan menjadi konsumen cerdas, sehingga mampu memilah produk mana yang akan dikonsumsi,” tambah Suratmono. Jika menemukan makanan kedaluwarsa yang masih beredar atau bahan segar yang dicurigai mengandung bahan berbahaya, segera hubungi Halo BPOM di 1500533.  

Masih ada satu faktor yang membuat makanan yang Anda konsumsi aman. Lokasi ternyata turut berpengaruh! Sering makan lesehan di pinggir jalan atau makan di angkringan? Hmm, sebaiknya mulai dikurangi, deh, kebiasaan tersebut.

Prof. dr. Hasbullah memaparkan, saat makan di pinggir jalan, bisa jadi ada debu dari jalan atau asap knalpot yang menempel pada makanan yang akan disantap. “Bagaimana Anda bisa yakin bahwa debu yang menempel pada makanan tidak mengandung timbal, merkuri, atau bekas formalin? Mungkin, karena ini hal yang tidak terlihat langsung, maka banyak yang tidak menyadarinya. Maka dari itu, saat ini para pemilik warung atau rumah makan pinggir jalan diimbau menggunakan lemari kaca untuk menempatkan makanan mereka, agar dampak tersebut bisa dikurangi,” tambahnya.

Pada akhirnya, menyiapkan sendiri seluruh makanan menjadi solusi terbaik. Pastikan cuci tangan dulu sebelum mengolah makanan. Cuci bersih seluruh bahan makanan dan peralatan masak. Bahan-bahan segar seperti daging, telur, ayam, dan  ikan harus benar-benar dimasak hingga matang. “Kita juga harus selektif saat membeli bahan makanan. Gunakan pewarna makanan alami, dan minimalkan belanja bahan makanan yang mengandung pengawet. Pastikan ada nomor pendaftaran BPOM saat membeli makanan kemasan,” saran Prof. dr. Hasbullah.

Rully Larasati



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?