Trending Topic
‘Pabrik’ Bayi

20 Oct 2013


Bintang Bollywood Shahrukh Khan dan istrinya, Gauri, baru-baru ini membuat geger ketika mengumumkan kepada publik bahwa mereka menempuh jalan surrogacy untuk mendapatkan anak ketiga. Meski di India jasa ibu pengganti atau surrogate mother telah dilegalkan dan menjadi komersial, masih banyak stigma dan isu moral yang dipertanyakan di kalangan masyarakat internasional. Apalagi, penegakan hukum dan penerapan standar kesehatan dan keselamatan sang ibu pengganti masih sangat longgar di sana.

Shahrukh bukan satu-satunya selebritas India yang memberanikan diri untuk terbuka tentang surrogacy. Dua tahun lalu, aktor Aamir Khan dan istrinya, Kiran Rao, juga memilih kehamilan melalui surrogacy karena alasan medis. Kiran yang sempat mengalami keguguran ternyata menderita gangguan pada rahim yang membuatnya sulit hamil. Sebagai pasangan terpandang, keduanya dianggap membantu menghapuskan stigma negatif tentang jasa ibu pengganti.

Dalam satu dekade terakhir ini, India telah berkembang menjadi tujuan ‘wisata’ bagi pasangan tak beranak dari seluruh dunia. Dari segi teknologi fertilitas, India tak kalah maju dari negara-negara Barat. Tapi, mereka masih harus menghadapi banyak isu moral dan etika. Bukan hanya karena fertilisasi buatan dianggap melawan hukum alam tentang pembuahan alami, tapi juga karena faktanya makin banyak orang asing kaya yang membayar orang India yang miskin untuk mendapatkan anak. Fenomena ini membuat India kini seakan menyandang citra sebagai ‘pabrik’ bayi.

Kalangan menengah ke atas yang memilih jalan surrogacy bukan hanya pasangan heteroseksual yang kesulitan memiliki anak, tapi juga pasangan homoseksual dan para lajang yang ingin menjadi orang tua tunggal. Di negara-negara AS dan Eropa yang sudah maju sekalipun, keinginan mereka untuk punya keturunan umumnya masih dipandang sebelah mata.

India menjadi pilihan menarik karena kaum minoritas ini tidak perlu menghadapi diskriminasi seperti di kampung halamannya. Tapi, dalam upaya untuk menyelamatkan moral bangsanya, pemerintah India awal tahun ini mulai melarang pasangan homoseksual dan orang lajang untuk melakukan prosedur surrogacy atau adopsi di sana. Kini, hanya pasangan suami-istri yang sudah menikah setidaknya 2 tahun dan berasal dari negara yang mengakui bayi hasil surrogacy, yang dapat melakukan prosedur itu di India.

Beberapa pengamat sosial dan ekonomi India merasa bahwa larangan itu, kalau memang bisa sungguh diterapkan di tiap klinik, akan merugikan industri ini perlahan-lahan. Berdasarkan estimasi The Confederation of Indian Industry, sebuah asosiasi bisnis lokal, industri surrogacy di India kini sudah mendatangkan pendapatan sekitar Rp20 triliun!

Faktor utama yang menarik banyak orang ke India adalah biaya fertilisasi buatan atau in-vitro fertilization (IVF) relatif murah, yaitu sekitar seperlima dari biaya di AS dan Eropa. Selain itu, jasa ibu pengganti atau surrogate mother juga sudah disahkan secara hukum sejak tahun 2002. Jadi, prosedur yang ditempuh relatif lebih mudah, dibandingkan prosedur adopsi atau surrogacy di negara-negara lain yang cenderung panjang dan lama.
   
Menurut investigasi Abigail Haworth dari majalah Marie Claire US, biaya prosedur surrogacy (termasuk biaya melahirkan dan ‘upah’ ibu pengganti) di India pada tahun 2007 sekitar Rp120 juta, sementara di AS  Rp700 juta. Ibu pengganti di India biasanya mendapatkan sekitar Rp50 juta – Rp70 juta, setara dengan upah rata-rata di daerah pedesaan India selama 10 tahun.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?