Sungguh suatu fakta yang membahayakan kesehatan warga kota. Menghirup udara kotor terus-menerus dapat memicu berbagai penyakit serius menyangkut pernapasan dan paru-paru. Maka, wajar rasanya bila para ahli memperkirakan, pada tahun 2015 nanti warga Jakarta terpaksa harus mengeluarkan uang hingga Rp4,3 triliun untuk mengatasi masalah kesehatan ini.
Salah satu ‘hot issue’ mengatasi masalah polusi udara ini adalah mobil ramah lingkungan. Mobil jenis ini bakal jadi sarana transportasi andalan di masa depan. Itu sudah pasti.
Ada beragam jenis mobil yang kini tengah beredar di pasar otomotif dunia. Ada mobil listrik, yang digerakkan oleh tenaga baterai yang bisa diisi ulang, seperti mengisi ulang baterai peralatan elektronik. Ada pula mobil etanol (ethyl alcohol), yang bekerja dengan pembakaran di dalam dan pembakaran di luar (fuell cell). Ada juga mobil gas alam Liquefied Natural Gas (LNG) dan Compressed Natural Gas (CNG0 yang unggul, karena emisi gas buangnya nyaris nol, serta mobil biodiesel, yang bahan bakarnya diolah dari tanaman tertentu.
Yang juga menjadi rising star adalah mobil hybrid, digerakkan oleh dua jenis bahan bakar yang secara bergantian beroperasi. Misalnya, mobil hybrid listrik dan bensin. Istimewanya, jika listriknya habis ketika perjalanan ke tempat tujuan masih jauh, pemilik kendaraan bisa memindahkannya ke bahan bakar bensin, sehingga perjalanan tak terganggu.
Apa Untungnya?
Pada kenyataannya, tren harga BBM memang tak pernah menurun, melainkan selalu naik! Jadi, mengapa harus terkejut? Bukan hanya untuk menghemat uang, hemat bensin/solar juga menguntungkan bagi lingkungan.
Karbon monoksida (CO2) adalah gas terbanyak penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk mobil, kita melepaskan CO2 ke udara. Selain CO2, mobil juga melepaskan gas metan dan O3. Bersama gas-gas lain, uap air meningkatkan panas pada terjadinya gas rumah kaca.
Belum lagi fakta bahwa cadangan minyak bumi makin terbatas, dan hanya cukup sampai 10 tahun ke depan. Padahal, lebih dari 20 juta kendaraan bermotor di tanah air masih bergantung penuh pada bahan bakar minyak (BBM) fosil. Ini belum termasuk pertambahan populasi kendaraan bermotor yang mencapai 4% setiap tahun, dan sektor industri yang juga memerlukan BBM. (f)