Trending Topic
Menemukan Pola Asuh Anak

23 May 2014

Jika dulu zaman ibu-ibu membesarkan anak dengan pola pengasuhan warisan, begitu banyak pola pengasuhan saat ini, sebut saja teori tiger mom, resources for infant educarers, atau attachment parenting. Mereka saling klaim terbaik. Tiger mom adalah pola yang menekankan pengasuhan pada anak menggunakan ’tangan besi’ agar selalu mendapat nilai dan prestasi terbaik di bidang apa pun.

Pola resources for infant eduracers, minim sikap memanjakan anak dan cenderung memperlakukan anak seperti orang dewasa, sementara attachment parenting adalah pola pengasuhan yang mengutamakan sentuhan dan kedekatan fisik dan emosional anak dan orang tua. Baru membaca penjelasannya saja, sudah banyak orang tua bingung, apalagi memilih.

Sebagai orang tua, kita memang harus cerdas memilih dan tetap menggunakan naluri. Apalagi terkadang info atau pola pengasuhan itu berasal dari internet yang bersumber dari pakar di luar negeri.

Para ahli percaya, budaya dan lingkungan tempat kita tinggal sangat memengaruhi pola apa yang cocok bagi anak kita. Karena,  makin kita adaptif dengan lingkungan, kita akan  makin percaya diri dan bisa membantu anak berkembang secara baik. Jika Anda tinggal di negara yang budayanya sangat mengutamakan kemandirian, tentu berbeda pola asuhnya dengan negara yang kental dengan budaya kekeluargaan dan komunal.

Hal yang juga tidak bisa diabaikan adalah faktor anak itu sendiri. Karakteristik dari anak pun harus kita pertimbangkan, mana yang cocok, mana yang tidak. Bahwa ada dasar-dasar utama yang tetap dipegang dalam pengasuhan, seperti  disiplin dan menanamkan rasa hormat dan tenggang rasa, tentunya bisa diterapkan secara universal. Tapi, seperti apa detailnya  dan sebanyak apa pola pengasuhan itu akan diterapkan atau dipadupadankan, semua kembali lagi pada faktor karakteristik anak, budaya tempat kita tinggal, juga tujuan kita membesarkan si kecil dengan cara tersebut.

"Tidak semua buku, internet, seminar, dapat  diaplikasikan pada keluarga kita,” ujar Dr.dr. Hindra Irawan Satari, spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Ia menyarankan, sebagai pegangan Anda dalam memantau tumbuh kembang anak dan kesehatannya, pilih buku dari organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, American Family Physician, American Academy of Pediatrics, atau institusi/rumah sakit pendidikan, seperti FKUI-RSCM, MayoCLinic, World Health Organization (WHO), United Nations Children Emergency Fund (UNICEF), dan Communicable Disease Control (CDC).

Demikian juga saat mengikuti seminar dan kursus parenting, pilih  penyelenggara seminar dan pembicara yang kompeten, yang dapat dilihat dari curriculum vitae-nya.
Namun, apa pun ilmu yang sudah Anda dapatkan, semua akan sia-sia jika tidak diikuti dengan tindakan nyata.

Perlukan kekompakan kedua orang tua dan dukungan dari keluarga besar. Percuma Anda berusaha menanamkan disiplin kepada anak, jika ternyata pasangan atau orang tua Anda malah memberikan kelonggaran. Anda membiasakan anak tidak makan fast food, tapi keluarga besar sering menyodori makanan instan, misalnya. Perbedaan pola pengasuhan antara orang tua dan keluarga besar kerap terjadi.

Jika ada cara pengasuhan orang tua kita dulu yang tidak kita pakai, itu adalah seleksi dari pengetahuan dan pengalaman yang kita dapatkan. Artinya, kita menyeleksi mana yang menurut kita baik dan cocok dengan template pengetahuan kita saat ini. Memang, seiring zaman, ada banyak perubahan atau cara baru yang mungkin berbeda dari cara lama yang digunakan orang tua kita dulu.

Hal ini memang dapat menimbulkan perdebatan, cara mana yang terbaik antara ibu dan nenek. ”Saya rasa cara yang paling bijak adalah bersikap menghargai atau berempati dengan teknik parenting lama yang diterapkan oleh orang tua kita,” saran Efriyani. Solusi bisa ditemukan lewat komunikasi dengan pihak keluarga besar. Terkadang memang tidak mudah. Namun, rasanya tidak ada yang tidak setuju jika Anda mengatakan bahwa semua demi memberikan yang terbaik bagi anak.

Tentunya kita tidak bisa menyerang orang tua kita dengan mengatakan bahwa cara yang mereka gunakan itu salah dan cara baru yang kita gunakan sekarang benar. ”Cobalah untuk memahami bahwa orang tua juga ingin dilihat bahwa ia mengasuh dengan benar dan punya maksud yang baik. Jadi, daripada menyerang, katakan bahwa kita menghargai cara pengasuhan dan pendapat orang tua. Katakan juga manfaat yang Anda dapatkan dari pengasuhan mereka tersebut. Kemudian jelaskan bahwa ada beberapa pengetahuan yang Anda temukan bisa mendapatkan manfaat lebih banyak,” tambah Efriyani.

Sesekali ungkapkan kesamaan cara  Anda dengan cara orang tua  dulu dan jelaskan modifikasi atau perubahannya. Misalnya, dulu orang tua memotivasi kita dengan cara memberikan hadiah  tiap kenaikan kelas, katakan bahwa Anda memotivasi di kecil dengan cara yang sama untuk tidak mengompol lagi. Sangatlah penting untuk menghargai perasaan orang tua kita.

Yoseptin Pratiwi
Foto: Corbis



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?