Trending Topic
Mencari Pahala dari Sesama

10 Jul 2014


Bulan Ramadan dapat dimaknai sebagai bulan untuk meningkatkan keimanan dan 'menghitung diri'. Maksudnya, kita merenungkan siapa diri kita sebenarnya. Melakukan refleksi, setelah 11 bulan sebelumnya terlalu hanyut pada kesibukan, baik berkarier, berkeluarga, maupun melakukan berbagai hal untuk pemenuhan hidup sehari-hari. Bulan puasa harusnya dijadikan ajang semacam retreat, kesempatan untuk masuk ke dalam diri sendiri,” kata Budi Munawar Rachman, Direktur Pusat Studi Islam Paramadina.
 
Budi juga menilai, bulan Ramadan adalah saat tepat jika ingin melakukan koreksi diri. Karena ada tirakat berupa puasa yang membantu proses pertumbuhan spiritual. “Saya punya teman yang kalau Ramadan sengaja ambil cuti panjang agar bisa mengambil jeda kehidupan, untuk kembali pada dirinya sendiri,” cerita Budi.

Mengejar ibadah apa pun sangat baik dilakukan saat Ramadan. Namun, Budi menegaskan pentingnya ibadah itu dikerjakan bukan semata-mata mengejar pahala. Ikut pengajian, iktikaf, sedekah, tadarus, dan sebagainya demi mengejar pahala memang sah-sah saja. Apalagi, Alquran dan hadis menyebutkan bahwa Tuhan akan melipatgandakan pahalanya hingga berkali-kali, bahkan beribu-ribu kali di bulan Ramadan. Tapi, janji itu disebutkan agar orang lebih memberi perhatian kepada agama.

Lagi pula, Budi mengingatkan, ibadah ritual itu hanya sebagai cara. Tujuan dari ibadah ritual itu justru yang penting untuk dicapai, yakni mencapai akhlakul karimah, perilaku dan moral-moral yang baik.

Jadi, menurut Budi, kita perlu merenungkan diri: apakah dengan ibadah puasa yang dilakukan itu bisa membawa kita menjadi manusia yang lebih baik. Misalnya, apakah setelah bulan puasa  kita menjadi lebih peduli kepada sesama? Apakah kita menjadi pekerja yang lebih tekun, tidak korupsi, dan bukan jadi back stabber terhadap rekan kerja? Atau, apakah setelah rajin beribadah itu kita menjadi ibu yang lebih penyayang dan penyabar terhadap anak-anak kita? Tentunya hanya Anda sendiri yang bisa menjawab.

Terpenting lagi, Budi menggarisbawahi pertanyaan: apakah dengan beribadah puasa menjadikan kita lebih toleran? “Dibandingkan 5 tahun lalu, masyarakat Islam Indonesia kini lebih tidak toleran, terutama terhadap kelompok-kelompok yang  berbeda nilai Islam-nya. Nah, apalagi terhadap mereka yang berbeda agama,” ujar Budi, khawatir.
Banyak ibadah dilakukan, bahkan membentuk komunitas sendiri, tapi dengan tujuan ingin memperlihatkan tulisan besar-besar di dadanya: ‘ini saya orang Islam’.
“Padahal, dulu Islam tidak berjalan seperti itu. Lagi pula, tanpa menunjukkan diri, di Indonesia Islam itu memang ada dan menjadi mayoritas,” lanjutnya.

Toleransi itu penting, karena juga menjadi salah satu tolok ukur utama untuk menilai perkembangan suatu agama.  Sebetulnya tidak ada satu pun ibadah yang bertujuan hanya untuk ibadah itu sendiri. Nabi Muhammad sendiri sudah mencontohkan bahwa Islam itu agama yang damai. Apalagi  Alquran juga menyebutkan, Islam itu rahmatan lil alamiin, rahmat untuk semesta alam, bukan penghancur dan pembenci sesama manusia. Itulah yang seharusnya dicapai oleh umat Islam melalui spirit Ramadan. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?