Trending Topic
Kepekaan Meningkat

18 Jan 2014


Sejarah Indonesia mencatat, anak-anak muda yang berperan dalam membuat perubahan. Hal ini tidak bisa kita sangkal. Dari sejarah pendirian republik ini misalnya, salah satu yang menjadi fondasi adalah Sumpah Pemuda.

Billy Boen, entrepreneur dan penulis buku Young on Top, mengingatkan, memang benar anak-anak muda adalah agent of change. Tapi sebetulnya, mereka yang memiliki kepedulian itu secara persentase sangat kecil dibanding anak-anak muda pada umumnya yang cuek, nge-drug, atau tipe-tipe yang selesai rutenya hanya kampus-rumah, atau kantor-rumah saja.

“Meski begitu, secara kuantitas belakangan ini kaum muda yang peduli dan ingin melakukan sesuatu bagi masyarakat  makin meningkat,” imbuhnya. Tentu saja ini adalah kondisi yang positif.

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Ricardi S. Adnan (Ricky), juga sependapat. Saat ini memang seperti ada dua keadaan yang  tarik-menarik, yaitu masyarakat yang  makin hedonis, tapi di sisi lain juga makin banyak orang-orang yang memiliki kepedulian yang tinggi.

Apa yang membuat mereka peduli? Menurut Ricky, ada beberapa faktor penunjang. Pertama, mereka mendapat contoh dari orang tuanya. Harus diakui, ada tren yang terjadi di antara para orang tua zaman sekarang (katakanlah yang berusia 45 tahun ke atas). Mereka suka melakukan reuni-reuni, entah itu dengan teman SD, SMP, SMA maupun kuliah.
Saat reuni itu mereka tidak sekadar kumpul-kumpul, banyak di antaranya yang melakukan kegiatan sosial juga. “Misalnya, mereka membantu mantan guru yang di masa tua hidupnya susah,dan masih banyak kegiatan sosial lain. Hal ini bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka,”  tutur Ricky.

Kedua, berbagai tayangan atau berita yang menampilkan kisah-kisah orang miskin di televisi, dengan segala beban hidup mereka yang berat maupun kisah-kisah feature sarat human interest di koran atau media online. Tidak bisa dipungkiri, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa program-program acara semacam itu lebih mengekspos dan mengomersialkan kesulitan orang kecil.

Tetapi, diakui atau tidak, acara-acara itu mengasah kepedulian sosial masyarakat. “Dengan menontonnya, orang jadi tersentuh hatinya, dan berpikir,  ‘Oh, saya jauh lebih beruntung dari mereka,’” ujarnya.

Billy menambahkan, memiliki kepekaan menjadi titik pertama mengapa seseorang melakukan sesuatu. “Kepekaan akan kondisi di sekitarnya itu membuat mereka risau, lalu mereka terpikir, ‘Apa yang bisa saya lakukan?’” ujarnya.(YOSEPTIN PRATIWI)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?