Trending Topic
Kendalikan Situasi

11 Feb 2014


Konsekuensi bagi keluarga yang bepergian dengan membawa anak balita jelas harus siap repot. Memang, demi mengejar kenyamanan, tak jarang orang tua juga mengajak baby sitter ikut liburan. Padahal, menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani (Nina), S.Psi., M.Si., hal tersebut bisa merugikan. “Liburan seharusnya jadi momen intim keluarga tanpa intervensi orang luar,” ucapnya.

Ketika ada orang ketiga, interaksi anak dengan orang tua akan berkurang. “Liburan seharusnya dimanfaatkan sebagai sarana mempererat ikatan antara pasangan dan anak, apalagi jika sehari-hari orang tua sibuk bekerja,” Nina mengingatkan.
   
Mengajak anak liburan  tak hanya soal senang-senang saja, banyak hal yang mungkin terjadi. Misalnya saja mengantisipasi ketika anak mulai merasa jenuh atau bosan. Maklumlah, untuk mencapai sebuah negara tujuan wisata, butuh waktu lebih dari 2 jam perjalanan. Mainan, boneka, buku, atau comforter bisa menjadi pengusir kebosanan balita yang ‘terkurung’ di dalam pesawat. “Tapi, keluarkan satu per satu agar si anak tak segera bosan dengan mainannya,” saran Nina.
            
Jika pergi ke tempat berlibur yang memang tujuannya untuk bermain, seperti ke kolam renang atau theme park mungkin tidak masalah tanpa riset. Sayang sekali jika sudah mengeluarkan biaya mahal-mahal, ke Eropa  misalnya, dan menjelajahi banyak tempat bersejarah atau museum, anak-anak tidak belajar sesuatu.      

Nina membenarkan, kunci untuk bisa traveling nyaman bersama anak kecil adalah memberinya kesempatan untuk mendapatkan cukup istirahat dan cukup makan selama perjalanan. Jika kebutuhan itu tak diperoleh, maka anak akan rewel selama perjalanan dan tak bisa menikmati liburannya. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?