Trending Topic
Kenali Profil Risiko Investasi!

4 Apr 2014

Alasan terbesar mengapa tahun pemilu memengaruhi para investor atau calon investor adalah tingginya risiko merugi yang mungkin terjadi, yaitu bila nilai saham mendadak turun. Padahal, sesungguhnya investasi kapan pun dan di mana pun pasti ada risikonya. Pemilu hanyalah satu faktor tambahan untuk dipertimbangkan.

Berdasarkan pengalaman Irwanti, Portfolio Manager dari PT Schroder, umumnya 9 hingga 5 bulan sebelum presiden yang baru diumumkan adalah waktu yang tepat untuk memulai investasi karena pasar cenderung masih stabil. Tahun ini,  sekaranglah saat yang tepat untuk berinvestasi lebih. Apalagi, beberapa bulan belakangan pasar obligasi dan saham juga menunjukkan kenaikan tren.

“Bila keadaan hingga pelantikan presiden di bulan Oktober nanti terus membaik, nilai obligasi dan saham juga akan meningkat. Jadi, sekarang adalah saat yang paling tepat untuk memulai atau menambah dana ke dalam investasi yang sudah ada,” tutur Irwanti.

Meski begitu, ia tetap mengingatkan, biar bagaimanapun, menentukan market timing (terutama dalam pasar saham) memang sulit, baik di tahun pemilu atau bukan. Pelaku saham paling jago pun tidak akan tahu persis kapan nilainya akan naik atau turun, karena banyaknya faktor yang memengaruhi pergerakan pasar.

Lantas, investasi apa yang kira-kira menguntungkan di tahun 2014 ini? Menurut Irwanti, tidak ada karakteristik tertentu tentang jenis-jenis investasi atau sektor-sektor industri apa yang sudah pasti naik atau turun tiap tahunnya.

Pasalnya, semua pergerakan aset tergantung dari masing-masing risikonya. “Sejarah bisa berulang, bisa juga tidak. Jadi, tidak ada yang bisa menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan investasi. Yang bisa dilakukan adalah meminimalkan risiko,” ujar Irwanti.

Untuk bisa meminimalkan risiko ini, pertama-tama investor atau calon investor harus mengerti beberapa tingkat risiko yang dimiliki produk-produk investasi. Irwanti mengatakan, apabila situasi ekonomi sedang kurang baik, lebih baik berinvestasi di aset-aset yang berisiko rendah, seperti deposito atau surat berharga. Kalau situasi ekonomi cukup baik, bisa mencoba investasi yang risikonya lebih tinggi, seperti saham.  

Selain risiko nilai investasi yang kemungkinan naik turun, ada pula risiko yang tergantung dari tiap-tiap individu. Tiap orang memiliki profil risiko yang berbeda-beda. Jenis investasi X mungkin cocok untuk si A, tapi belum tentu cocok untuk si B. Yang paling penting untuk dilihat dalam profil risiko adalah pendapatan tetap dan kondisi kerja.

Irwanti menjelaskan, kalau seseorang, misalnya kepala keluarga, memiliki pendapatan tetap yang cukup tinggi dengan kondisi kerja yang baik, ia boleh memilih investasi yang lebih berisiko, seperti saham. “Usia juga perlu menjadi bahan pertimbangan. Kalau seseorang sudah pensiun, pemasukannya terbilang kecil, jadi sebaiknya tidak mengambil investasi yang risikonya tinggi,” tambahnya.

Sangat penting bagi investor untuk memahami dan mengakui bahwa risiko itu pasti ada dalam semua jenis investasi. Sebab, Kiki menuturkan, sering kali orang terjebak dan tertipu oleh mereka yang menawarkan investasi bombastis, yaitu investasi tanpa risiko yang memberikan imbalan atau return berkali lipat dalam waktu singkat. “Biasanya jenis investasi ini menguntungkan untuk satu dua bulan pertama. Tapi, menginjak bulan ketiga, tak jarang uang mereka hilang begitu saja,” ungkapnya.

Kiki juga ingin mengingatkan, terutama mereka yang baru akan mulai berinvestasi, bahwa para manajer investasi atau perusahaan manajemen aset yang memang memiliki kredibilitas tidak akan menjanjikan apa pun terhadap kliennya. Misalnya, menjanjikan return sekian persen dalam periode sekian waktu kepada pemilik reksa dana. “Biasanya, para pemilik reksa dana akan ditunjukkan laporan past performance dengan peringatan bahwa bulan atau tahun ini belum tentu nilainya akan sama,” jelas Kiki.

Selain ada risikonya, yang perlu diingat, tujuan dari investasi adalah untuk dana jangka panjang. Kecuali, Anda pemain saham profesional yang membeli saham dalam jumlah besar, lalu langsung menjualnya begitu nilainya naik. Kalau Anda adalah investor kecil, kemungkinan return atau imbalan yang Anda dapat baru akan mencapai jumlah yang signifikan dalam hitungan tahun. Jadi, investasi yang menawarkan keuntungan berkali lipat dalam waktu singkat itu sudah sepatutnya dipertanyakan.


Primarita S. Smita
Foto: Corbis



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?