Trending Topic
Karya Adaptasi: Tak Perlu Setia Pada Karya Asli?

6 Oct 2015

Satu hal yang menjadi fokus utama seniman ketika membuat karya adaptasi adalah inti cerita yang setia (faithful) pada karya aslinya. Untuk membuat suatu musikalisasi dari puisi, Reda mengaku cukup setia pada karya aslinya.

“Tidak ada perubahan syair dari puisi ke lirik lagu. Syair puisi dikenal lebih dulu, kami merasa perlu mempertahankkan bentuk aslinya. Bagaimanapun, kita harus menghormati dan menghargai bentuk asli puisi itu,” tutur Reda Gaudiamo.

Sedangkan untuk proses pengubahan dari puisi ke musik, Reda mengaku dibebaskan dalam proses kreatifnya. Sebelum membuat komposisi lagu, ia melakukan riset dengan bertanya kepada orang-orang yang sudah membaca puisi tersebut. Hal ini ia lakukan karena menurutnya puisi sangat subjektif.

Rasa (feel) puisi tersebut apakah sepi, sedih, riang, marah, inilah yang akan diterjemahkan ke dalam musik. “Ada satu puisi yang berubah menjadi musik rock, penyairnya sampai kaget, namun tidak membuat kami lantas mengganti yang sesuai keinginan penyair,” ujar Reda. Ia mengatakan, Sapardi membebaskan seniman dalam mengadaptasi.

Berbeda dari puisi yang tetap dipertahankan ketika dijadikan musik, untuk cerpen, lagu atau novel yang berubah ke film biasanya tidak akan 100% sama persis dengan aslinya. “Tidak ada hubungannya lagi dengan karya asli. Perbedaan medium itulah yang menyebabkan film tidak mungkin setia pada bentuk aslinya,” ujar Salman. Detta menambahkan, dari lirik menjadi bentuk film, penulis skenario bekerja keras mengembangkan ceritanya. “Inilah yang membuka ruang leluasa untuk bereksplorasi.”
Untuk itulah, biasanya seniman pembuat karya asli membebaskan seniman lain dalam mengeksplorasi karyanya ke bentuk lain. Yovie Widianto, pencipta lagu Mantan Terindah, mengaku tidak ikut campur ketika lagunya dibuat menjadi bentuk film oleh sutradara Farishad Latjuba.

“Meski filmnya berbeda dari inti lagu, itu sah-sah saja, karena tergantung dari interpretasi sutradara. Saya cukup senang karena karya saya bisa menginspirasi seniman lain untuk mengembangkan menjadi film,” ungkap Yovie.

Dewi Lestari
juga membebaskan Angga Sasongko ketika mengangkat cerpennya, Filosofi Kopi, ke layar lebar. “Film adalah media baru yang tidak lagi bergantung pada bukunya. Ia adalah suatu hiburan yang utuh,” ujar Dewi, dalam interview di acara talk show Sarah Sechan. Dalam acara itu, Dewi menjelaskan bahwa selama proses  pembuatan filmnya, ia dilibatkan dalam pengembangan cerita. Hal ini dimaksudkan agar elemen cerita tidak jauh dari karya aslinya.

Perbedaan dari karya asli ke karya baru menimbulkan konsekuensi yang harus diterima oleh seniman pembuatnya. Dari proses pembuatan hingga ketika karya baru dirilis. “Proses casting pemeran Christian di film 50 Shades of Grey menjadi polemik dan perbincangan di kalangan pembaca bukunya. Begitu juga ketika tokoh Peter Parker (Spiderman) baru diperkenalkan, banyak pro dan kontra yang menarik,” ujar Detta, memberi contoh.  

Setelah karya baru dirilis, tak hanya pujian, kritik tajam dari penggemar karya asli biasanya berhamburan. “Kritik itu dinamis. Ketika Harry Potter difilmkan, sutradaranya, David Yates,  dicaci-maki penggemar fanatik bukunya, padahal penulisnya, J.K. Rowling, justru memuji-muji filmnya,” ungkap Salman.

Menurutnya, hal tersebut wajar saja, karena pembaca buku membangun imajinasi di kepala mereka sendiri. Tidak mungkin sutradara bertanya satu per satu kepada pembaca apa yang mereka mau. “Film maker juga bagian dari pembaca yang memiliki previlege untuk memvisualisasikan imajinasi mereka dalam bentuk film,” tambah Salman.

Ketika sebuah karya baru hasil adaptasi lahir, bukan lagi setia atau tidak setia pada bentuk aslinya, namun bagus atau tidak, kreatif atau tidak. Maklum, menurut Salman, ada film maker yang mengubah banyak hal, namun hasilnya bagus. Ada pula yang mencoba setia pada karya asli, namun tidak berhasil membangun cerita. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?