Trending Topic
Jangan Kesampingkan Etika

31 Mar 2015

Saat memunggah foto dan berita ke media sosial, kita perlu tahu bahwa ada etika yang menyertainya. Sama ketika kita berkomunikasi secara langsung. “Jika dalam berkomunikasi langsung secara alamiah kita memiliki nilai untuk menghormati orang lain –tidak menyerang, tidak menuduh, dan tidak memfitnah– dalam media sosial seharusnya aturan tersebut masih tetap berlaku,” jelas D. Chandra Kirana, dosen pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, yang akrab disapa Kicky. 
   
Memang, pada kenyataannya banyak orang belum paham aturan main di media sosial. Sering kali mereka menggunakan berita, foto, dan video tidak sebagaimana mestinya. Misalnya saja, setelah kejadian jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501, banyak orang memunggah atau share foto-foto jenazah atau potongan tubuh korban Air Asia. Yang paling menyedihkan, ada juga yang tega menyebarkan hoax yang mengatakan pesawat itu mendarat dengan selamat di Filipina.  
      
Kicky menilai, orang sering lupa bahwa apa yang mereka post di media sosial adalah cermin kepribadian dan pemikiran mereka. “Mereka yang abai dan meneruskan berita bohong ini adalah bentuk kemalasan bernalar sekaligus tidak berempati pada orang lain,” jelasnya.

Ketika mendapat berita, janganlah bersikap reaktif untuk segera menyebarluaskannya.  Hal pertama yang perlu dan krusial Anda lakukan adalah mengecek kebenaran berita tersebut. “Jangan langsung percaya saja, apalagi jika berita itu disertai dengan judul yang bombastis,” jelasnya.  

Suka atau tidak, ketika kita bermain di media sosial, secara tidak langsung kita sudah menjadi citizen journalist. Ada hal-hal yang harus dihindari, seperti menyebarkan berita kebohongan, mencemarkan nama baik, memicu konflik SARA, serta memuat konten pornografi. Jangan lupa pula untuk menyebutkan sumber berita, jika memang berita tersebut diambil dari sumber lain.

Masalahnya, suatu pesan yang sifatnya positif bisa menimbulkan dampak negatif jika tidak disampaikan dengan tepat. Misalnya, poster yang berisi ajakan untuk tidak membunuh satwa dilindungi, seperti gajah dan orang utan, yang justru menampilkan foto gajah mati dengan kepala terpenggal penuh darah. “Ajakan untuk tujuan positif sebaiknya dideskripksikan secara tertulis saja, tanpa menampilkan visual yang memilukan,” jelasnya.

Kicky juga menyampaikan, banyak hal positif yang bisa digunakan untuk menyebarkan berita musibah dan kecelakaan, tanpa harus menunjukkan aksi kekerasan, foto jenazah, atau orang-orang terluka dengan darah  yang masih mengucur.  

DARIA RANI GUMULYA



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?