Trending Topic
Idola, Antara Kagum Dan Cinta Buta

24 Mar 2014


Tiap orang pasti punya idola, entah itu vokalis band, tokoh politik berkarisma,  atau malah guru atau pemimpin perusahaan tempat Anda bekerja. Bagaimana dengan Anda, siapa idola Anda? Hati-hati, kekaguman bisa juga jadi bumerang, saat orang yang diidolakan tak sebaik kelihatannya. Tak sedikit skandal yang menghebohkan, yang melibatkan tokoh-tokoh yang diidolakan.  

Groupies, mungkin Anda pernah mendengar istilah ini. Sebutan yang semula mengacu pada fans fanatik. Biasanya sekelompok wanita muda yang ngefans pada seorang atau sekelompok musikus. Mereka ini setia mengikuti tur konser grup itu ke berbagai tempat, bukan karena tertarik pada musiknya, tetapi lebih tertarik untuk mengejar sosok orangnya.

Fenomena groupies di Amerika mulai ramai sejak eranya band Rolling Stone tahun 1960-an. Sekelompok wanita selalu menyertai konser Mick Jagger dan teman-temannya. Bukan sekadar ikut, wanita-wanita itu juga dengan senang hati menjadi volunteer bantu-bantu band, hingga menjadi teman tidur. Istilah groupies kini juga dipakai untuk menyebut fans tokoh terkenal dari berbagai bidang: politik, seni, ilmuwan, hingga olahraga.

Menurut psikolog dari Universitas Tarumanegara, Dr. Monty P. Satiadarma, pengidolaan tidak kenal usia. Ini bisa terjadi pada mereka yang masih kanak-kanak hingga usia senja. Sebetulnya, soal puja-memuja tak hanya monopoli wanita,  tapi  juga dirasakan pria. Tapi secara sosial, karena pria dituntut untuk tampil superior, mereka cenderung tidak menunjukkan hal itu. Maka, groupies itu selalu identik dengan wanita.

Tentu saja, ada perbedaan antara remaja dan wanita dewasa saat mengidolakan seseorang. ”Seorang remaja yang  masih labil secara emosional lebih sulit mengendalikan diri, cenderung impulsif dalam bertindak. Sementara,  wanita dewasa biasanya  lebih bisa mengendalikan emosi. Itu sebabnya, waktu Anda remaja, Anda bisa menangis karena terharu   atau histeris saat bertemu idola, sementara saat ini Anda bisa lebih cool,” terang Ratih Ibrahim, psikolog.  

Mengidolakan seseorang adalah sesuatu yang normal, wajar, alamiah, dan sangat manusiawi. Pengidolaan berawal dari rasa kagum terhadap tokoh tertentu yang secara bertahap memengaruhi daya fantasi dan imajinasi yang disertai keterlibatan emosi.

Jangan heran kalau banyak orang --mesti sebetulnya tidak kenal secara pribadi dan berada di tempat yang jauh-- sering membicarakan tokoh yang ia idolakan seolah-olah ia mengenal betul. Tak cuma hafal segala detail dan berita terbaru tentang sang idola, seorang penggemar bisa menangis-nangis saat idolanya terkena musibah. Sebaliknya, ikut berpesta untuk merayakan kemenangan sang idola. Ia juga akan membela mati-matian jika ada pendapat negatif tentang idolanya, seperti seorang teman akrab atau sahabat saja. Bahkan, tak jarang ia juga memuja-muja, cinta mati seperti pada seorang kekasih.

Nuri Fajriati



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?