Trending Topic
Hasrat Mencari Tantangan

1 Dec 2013


Menurut Psikolog Listyo Yuwono, ada dua faktor yang membuat seseorang hobi main game. Pertama, faktor internal, adalah karena adanya kebutuhan mencapai kondisi nyaman dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan. “Misalnya kebutuhan agresi, maka dapat dipuaskan dengan bermain game dengan tema agresi. Ada juga kebutuhan untuk pencapaian (achievement need), kebutuhan relasi sosial, kebutuhan kekuasaan, ataupun aktualisasi diri dalam bentuk game, ataupun melarikan diri dari masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata (escaping from reality),” papar Listyo.

Sementara, faktor kedua, eksternal, adalah adanya kemudahan akses dan keragaman permainan. Hal ini disebabkan karena generasi yang sekarang termasuk generasi melek teknologi, masa teknologi sudah sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. ”Mereka ini sebagian besar hidup berinteraksi dengan teknologi, salah satunya komputer dan internet. Keberadaan smartphone membuat akses game online tak terelakkan,” jelas Listyo.

Sebagai orang yang pernah menjadi game developer, Marlin tidak heran bila banyak orang yang tergila-gila main game. “Selain karena desain grafisnya yang catchy, game juga bisa engaging. Dalam game, pemain  harus melakukan decision making, ini yang membuat game jadi sangat menyenangkan,” kata Marlin.

Decision making yang kita buat saat main Angry Bird, misalnya. Bisa jadi, tembakan kita itu tidak akan ‘menghancurkan’ si babi hijau pencuri telur, karena kita tidak pas menempatkan si burung pemarah di ketapel. Tetapi, tepat atau tidak keputusan kita dalam ‘menembak’ si babi itu yang membuat penasaran.  Kalau menang ada reward-nya, kalau salah ya diulangi lagi sampai bisa. Jadi, mau keputusannya benar atau salah, adanya ya, senang-senang saja. Itulah game.

Listyo juga melihat, kecenderungan pemain game terus menerus ingin mencapai level yang tinggi. Itulah yang melatari kenapa seseorang yang terlibat sebuah game tidak akan pernah berhenti hingga ia mencapai level tertinggi. Hal itu karena dipengaruhi oleh kebutuhan dasar manusia yang ingin mencapai prestasi, ingin sesuatu yang lebih baik. “Ketika mencapai suatu target yang telah ditetapkan, maka target baru yang lebih tinggi akan dibuat, itulah sifat dasar manusia yang dinamis,” kata Listyo.

Dalam game, selalu ada tugas yang harus dihadapi dan menuntut penyelesaian, saat diselesaikan akan memunculkan poin. Makin kecil usaha atau tantangan karena kesulitan tugas yang rendah, maka reward atau poin yang diperoleh dirasakan biasa saja. Sebaliknya, makin besar tantangan atau makin rumit permainan  maka reward atau poin yang diberikan akan dirasakan makin besar. 

Dalam game tertentu, ketika level makin tinggi, poin makin tinggi, maka kelengkapan yang dimiliki tokoh akan semakin banyak. Misalnya, makin tinggi level maka persenjataan yang dimiliki makin banyak, fitur atau ‘uang’ yang dimiliki makin banyak sehingga dapat membeli perlengkapan masak atau bahan-bahannya lebih banyak. “Artinya, terdapat kebutuhan-kebutuhan lain dari manusia yang dapat dipenuhi dengan makin tingginya level yang dicapai dalam game, misalnya kebutuhan afeksi, kebutuhan agresi, kebutuhan keteraturan, kebutuhan kekuasaan (power), kontrol terhadap lawan-lawannya dalam permainan,” jelas Listyo. (Yoseptin Pratiwi)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?