Trending Topic
Hanya 10% Kebutuhan Terpenuhi

11 Jul 2012



Mungkin Anda pernah menonton adegan film thriller ini: Sebuah bak mandi yang penuh es batu dan berlumuran darah yang menjadi lokasi pengambilan organ tubuh manusia secara paksa. Ternyata, hal seperti ini bukan sekadar cerita fiksi thriller, tapi nyata terjadi.

Bukan tak tersentuh oleh hukum, namun kasus perdagangan organ memang bak mata rantai yang sulit diputus. Pasien dan penjual mempunyai hubungan simbiosis mutualisme. Si pasien mendapatkan organ tubuh yang sehat, sedangkan si penjual mengalami peningkatan ekonomi.

Malangnya, sang korban menjadi pesakitan, bahkan ada pula yang meninggal. Lagi-lagi, kondisi ekonomi seolah punya kekuatan untuk melegalkan apa pun.

Di dunia, perdagangan organ (organ trade) terjadi secara legal dan ilegal. India, Cina, dan Filipina adalah beberapa negara yang pernah melegalkan perdagangan organ. Namun, karena dianggap tidak etis dan dicekal masyarakat internasional, mereka mengubahnya menjadi ilegal.

Transplantasi organ tubuh disebut legal apabila pendonor memberikannya dengan sukaela, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Peraturan di Cina menambahkan organ tubuh diijinkan untuk dijual, apabila pendonor--karena kondisi fisiknya akibat kecelakaan atau sakit parah--sudah mengalami kematian otak.

Iran adalah satu-satunya negara yang saat ini masih melegalkan praktik perdagangan organ. Pemerintsh di sana mengaturnya melalui badan resmi. Bahkan Iran memiliki lembaga khusus yang mempertemukan pendonor dengan penerima organ, dan tak jarang melibatkan imbalan uang.

Di luar itu, Tingginya kebutuhan dan rendahnya suplai organ tubuh manusia yang sehat, memicu terjadinya perdagangan organ ilegal di berbagai negara. Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 106.879 organ utuh ditransplantasi di 95 negara anggota PBB secara legal dan ilegal pada tahun 2010. Sekitar 68,5%-nya adalah ginjal. Namun kenyataannya, angka ini hanya memenuhi 10% dari kebutuhan operasi transplantasi global.

Karena sistem donasi organ tak bisa diandalkan, banyak orang yang beralih ke pasar gelap (black market). Berhubung ini soal hidup atau mati, seorang penjual organ bisa meraup keuntungan besar-besaran. Di sini masalah kemudian timbul. Yang biasanya terjadi adalah seorang miskin menjual organ tubuhnya kepada seorang perantara (US$1,000-US$5,000 atau sekitar Rp9 juta-Rp45 juta), yang kemudian mencari pembeli dan memasang harga jual sangat tinggi (US$100,000 ke atas atau sekitar Rp900 juta).

Hal serupa terjadi di Indonesia. Beberapa waktu lalu, seorang ayah di Jakarta rela menjual sebuah ginjalnya dengan harga Rp150 juta, demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Di Kalimantan, seorang gadis menjual sebuah ginjalnya seharga Rp500 juta untuk membantu ekonomi orang tua.

Kebutuhan finansial ini juga mendorong seorang remaja di Cina nekat menjual ginjalnya seharga Rp30 juta demi memiliki sebuah tablet dan smartphone. Orang tuanya tak mampu membelikannya gadget yang tergolong mahal itu!

Pahit, memang. Jadi, tak heran pula bila tawaran mengatasnamakan donor organ tubuh ini dapat Anda jumpai dengan mudah di media sosial. Dengan terang-terangan, mereka memberi nama, alamat, dan nomor telepon serta kualifikasi kesehatan pribadi untuk meyakinkan calon pembeli.

Yang lebih parah adalah kasus-kasus di mana para penjual organ mencari donatur sendiri dengan menghalalkan berbagai cara, termasuk penculikan dan pembunuhan (organ harvesting). Masih segar di ingatan kita bagaimana tiga pria TKI asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dipulangkan dari Malaysia dalam keadaan tak bernyawa. Menurut keluarga, ada jahitan pada bagian mata, dada, dan perut. Diduga, ketiga TKI ini adalah korban perdagangan orang dan penjualan organ tubuh.

Tak kalah mengenaskan. Pada tahun 1992, seorang wanita TKI meninggal dunia di luar negeri dan dicuri organ tubuhnya. Ketika diautopsi di Indonesia, organ tubuhnya sudah tidak ada dan isinya hanyalah kumpulan kantong plastik.

 WHO melansir, sekitar 10.000 transaksi jual-beli organ terjadi di pasar gelap dunia tiap tahunnya. Pasien umumnya mencari organ dari Cina, India, dan Pakistan. Cina adalah negara dengan angka kebutuhan organ tertinggi kedua setelah Amerika.

Di saat yang sama, Cina juga diperkirakan sebagai pemasok organ terbesar di dunia. Saat ini pemerintah Cina sedang berupaya memberantas aktivitas pengambilan organ tanpa persetujuan dari para narapidana yang dihukum mati.(f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?