Sebetulnya batu akik –yang ramai disebut-sebut itu– dikenal juga dengan nama agate, adalah salah satu jenis gemstone atau batu permata. Gemstone dari golongan precious stone, contohnya berlian, safir, ruby, zamrud, spinel, corundum, dan lainnya. Lalu, dari golongan batu biasa, contohnya agate, bloodstone, giok, dan lainnya.
Tak hanya akik, belakangan popularitas batu Indonesia juga naik. Ada batu bacan, obi, hijau Garut, batu opal kalimaya, idocrest, naga sui, kecubung, dan lainnya. Batu-batu tersebut diburu para pencinta batu dan kolektor, yang harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
“Kalau dulu, mungkin orang mencari batu itu karena percaya ada ‘isinya’, dihubungkan dengan dunia supranatural. Tapi, sekarang, sih, untuk aksesori saja. Kalau saya, kebetulan suka karena terpikat pada warna dan keunikannya,” ujar Gilang.
Berapa uang yang ia keluarkan untuk membeli batu-batu yang nilainya tidak murah tersebut? Gilang menjawab, soal harga itu sangat relatif karena berkaitan dengan rasa. “Ketika kita bicara sebuah batu dengan gambar tertentu, atau tulisan lafaz Allah atau Muhammad, batu itu tidak akan saya jual, walaupun ada orang yang mau membelinya seharga Rp100 juta,” tuturnya.
Memang, menurut Gilang, ada beberapa jenis batu yang memukau karena terdapat beberapa warna dalam satu batu, atau bercorak gambar maupun tulisan tertentu. Selain itu, nilai batu juga bisa dilihat dari faktor 4 C, yakni kejelasan (clarity), warna (colour), potongan (cut), dan karat (carat). Makin tinggi karat atau tingkat clarity dalam batu tersebut, tentu makin mahal harganya.
Ficky Yusrini