Trending Topic
Bukan Melulu Posisi

24 Apr 2014


Selain pendidikan, perubahan nilai dalam masyarakat mengenai pembagian kerja seksual yang dulunya begitu kaku, sekarang sudah lebih cair. Pria dan wanita sama-sama memiliki kesempatan untuk bekerja. “Walaupun memang mungkin masih ada di beberapa kelas atas atau di kelompok-kelompok dengan latar belakang etnis tertentu yang pembagiannya kaku, perubahan-perubahan ini secara umum telah berlaku,” tambah Lugina Setyawati, sosiolog dari Universitas Indonesia.

Pandangan bahwa wanita adalah subordinat pria, masih ada. Tetapi, karena wanita masa kini telah memiliki kompetensi, maka posisi tawar mereka pun menjadi lebih tinggi. “Wanita bisa bernegosiasi karena punya kualitas,  peluangnya pun banyak sekali. Kalau dulu kan tidak bisa, wanita punya apa?” papar Lugina.

Hal itu seiring dengan muncul pula faktor-faktor lain yang secara tidak langsung menuntut wanita untuk bekerja. Dari segi ekonomi misalnya, dengan kebutuhan hidup yang  makin tinggi, rasa-rasanya bergantung pada satu sumber pendapatan saja tidak cukup. Meski karier menjadi tolok ukur kesuksesan yang baru bagi kebanyakan wanita,   bukan berarti urusan keluarga tidak menjadi prioritas.

Melihat hal ini, Clara Handayani, psikolog, menjelaskan, dengan tingginya tingkat pendidikan, banyak wanita menjadi lebih paham bahwa mereka memiliki hak secara penuh untuk menentukan apakah mereka ingin berkarier secara penuh, berkarier dan memiliki keluarga, atau memilih menjadi ibu rumah tangga secara penuh.  “Pemahaman dan kesadaran akan adanya pilihan inilah yang menjadi pembeda secara signifikan dalam perkembangan penentuan tolok ukur kesuksesan. Wanita bisa secara penuh lebih berdaulat menentukan tolok ukur kesuksesan dan secara aktif berusaha mencapai kesuksesannya,” papar Clara.

Ukuran dan standar kesuksesan bagi wanita bekerja pun tidak lagi satu,  mencapai satu posisi tertentu misalnya. Dulu, wanita mungkin hanya ingin bekerja. Tetapi sekarang, dengan banyaknya peluang dan pilihan, keinginan bekerjanya juga berbeda. Aspirasi wanita untuk mengekspresikan dirinya secara lebih luas, menimbulkan peluang-peluang baru dalam dunia karier.

“Dulu konsep bekerja itu hanya di luar, sekarang kata ‘kerja’ itu sendiri bisa berbeda. Perubahan itu tidak tunggal, tidak hanya hitam dan putih. Pilihannya tidak lagi bekerja di kantor atau diam di rumah saja,” jelas Lugina. Didukung dengan masyarakat yang informatif dan kemajuan teknologi, memudahkan  tiap individu, termasuk wanita, untuk bekerja tidak hanya di kantor, tetapi bisa di mana saja. Fleksibilitas wanita yang tinggi juga mendukung peluang kerja yang seperti ini.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?