Trending Topic
Berani Bermimpi Besar

5 Mar 2013


Jangan takut bermimpi besar! Awalnya, mungkin banyak yang tersenyum pesimistis saat mendengar ungkapan ini. Sebab, tidak sedikit mimpi besar tersebut yang harus mandek hanya karena terpentok faktor biaya. Mengharap dari pemerintah, agaknya masih terlalu sulit.

Mengharap dana dari bank? Orang akan keburu pesimistis membayangkan bahwa proposal mereka akan ditolak mentah-mentah. Sebab, bank mana yang akan memberikan pinjaman untuk proyek pembuatan film idealis nonkomersial? Jangankan bank, investor perorangan pun akan berpikir dua tiga kali untuk ini.

Seperti yang pernah dialami Mandy Murahimin (37), salah satu founder situs crowdfunding, Wujudkan.com. “Selama ini orang yang punya duit yang menentukan karya apa yang harus dibuat,” keluh Mandy. Ia pernah merasakan pahitnya mencari investor untuk mendanai proses editing bagi film buatan rekannya yang ia nilai sangat bagus, tapi tidak komersial. “Kalaupun ada, mereka menuntut agar film ini bisa balik modal. Kami tidak bisa menjanjikan hal ini,” lanjut wanita yang sudah 11 tahun berprofesi sebagai pekerja film ini.

Kebuntuan yang sama juga dialami Samaria Simanjuntak (29), sutradara, penulis, dan produser film Demi Ucok, yang belum lama ini tayang di bioskop dan sukses merebut hati penonton. “Film saya sudah jadi sejak 22 Desember 2011, tepat di Hari Ibu. Tetapi, untuk bisa diputar di bioskop 21, saya membutuhkan dana Rp1 miliar!” ujar Samaria, yang bercita-cita kreasinya ini dapat diapresiasi sebanyak mungkin orang.

Namun, kreativitas memang tidak bisa dibendung. Satu jalan tertutup, ia segera memutar otak, mencari pintu-pintu alternatif yang akan membukakan jalan untuk mewujudkan mimpi dan idealisme mereka. Crowdfunding menjadi jalur alternatif pilihan keduanya. 
Crowdfunding adalah sebuah konsep pendanaan kolaborasi. Dana yang terkumpul tidak berasal dari satu atau dua orang saja, tapi merupakan dana publik yang melibatkan sebanyak mungkin orang. Dana ini kemudian digunakan untuk mewujudkan sesuatu. Dalam tiga tahun belakangan, crowdfunding berbasis situs internet  tumbuh makin pesat. Data dari crowdsourcing.org mencatat, tak kurang dari 460 situs crowdfunding ada di seluruh dunia.

Mandy sendiri tertarik belajar pada IndieGoGo (berdiri 2008) dan Kickstarter (2009), dua situs crowdfunding yang sudah cukup mapan di Amerika dan sering menjadi buah bibir di kalangan netters, terutama mereka yang bergerak di industri kreatif. Wanita berkacamata ini bahkan aktif mengirim dana  20 dolar AS per bulan untuk membantu beberapa proyek yang ditawarkan di kickstarter.

”Tetapi, setelah dipikir-pikir, kenapa juga saya mendanai karya orang luar, jika teman kita sendiri banyak yang membutuhkan,” ujar Mandy, menggugat diri sendiri. Pergaulan di media sosial Twitter mempertemukannya dengan orang-orang sevisi, Dondi Hananto (keuangan), Wicak Soegijoko (teknologi informasi), dan Zaki Jaihutan (legal). Bersama-sama mereka merintis situs crowdfunding untuk membantu pencarian dana bagi para kreator lokal melalui Wujudkan.com.

Situs pendanaan kolaborasi yang mulai berjalan sejak Februari 2012 ini telah melahirkan enam proyek. Dua di antaranya yang jadi buah bibir adalah album anak-anak dari Popzzle berjudul Tribute to Ibu Soed dan film layar lebar Atambua 39° Celsius garapan Riri Riza dan Mira Lesmana, yang berhasil menggalang dana hingga Rp313.000.000!

Sama dengan pendekatan yang dilakukan Mandy, pada Januari 2012 Samaria meluncurkan situs crowdfunding mandiri demiapa.com agar film Demi Ucok bisa tayang di sinema 21. Dengan menetapkan nilai donasi sebesar Rp100.000 per orang, selama 7 bulan ia berhasil menggalang Rp251.000.000.

Meski nilai ini jauh dari target Rp1 miliar, Samaria tidak menganggapnya sebagai sebuah kegagalan. ”Saya justru menganggapnya sukses besar!  Mereka yang menyumbangkan dananya adalah simpatisan yang sayang pada karya saya. Bahkan, ada yang benar-benar tidak kenal dengan saya, tapi memiliki kesadaran besar pentingnya mendanai proyek independen seperti ini. Mereka ini yang umumnya membantu secara online,” jelas Samaria. Tapi, ia juga mengumpulkan dana secara offline dengan menggelar ‘layar tancap’ Demi Ucok, dan tidak malu menyebarkan formulir donasi.

Samaria terbilang beruntung. Awal tahun 2012, bioskop 21 menetapkan harga Rp1 miliar untuk film yang memakai format 3,5 mili. Tahun 2013, semua bioskop sudah beralih ke digital sehingga dana sebesar itu cukup untuk membawa Demi Ucok tayang di bioskop 21. (f)
     



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?