- Tidak ada salahnya memasang foto anak atau mengikutkan lomba di internet. Sebaiknya, hindari foto anak berpose dengan pakaian minim, mengenakan pakaian renang, berdandan, saat mandi telanjang dan memperlihatkan alat kelamin. Internet ibarat rimba belantara. Di hutan, hewan buas pemangsa, seperti serigala, bisa mengendus keberadaan korban. “Di internet, pedofil bisa mengancam keselamatan buah hati Anda,” jelas Nessi Purnomo, psikolog.
- Foto yang berpotensi membuat anak-anak malu kelak ketika ia sudah dewasa. “Mungkin Anda merasa foto tersebut lucu saat diunggah di dunia maya. Suatu saat ketika dia besar, ia bisa malu melihat foto masa kecilnya.”
- Anda bisa memamerkan kelucuan anak dengan menampilkan ekspresi wajah saat kaget, marah, atau tertawa senang.
- Sebaiknya tidak menulis detail informasi tentang diri Anda di profil media sosial, seperti mencantumkan alamat rumah atau nomor telepon.
- Media sosial seperti Facebook dan Twitter menerapkan usia minimal 13 tahun. Sebagai orang tua, sebaiknya tidak mengizinkan anak membuat media sosial sebelum usia 13 tahun. “Meski anak sudah lebih dari 13 tahun, orang tua tetap memantau posting-an anak. Pada usia remaja, anak lebih nyaman curhat kepada teman sebaya. Karena itu, orang tua sebaiknya menempatkan diri sebagai teman, agar ia bebas bercerita kepada Anda tentang apa pun yang dialaminya.”
- Saat ini, orang tua banyak membuatkan akun media sosial anaknya, bahkan yang masih baru lahir. “Boleh saja berbagi kebahagiaan dengan memamerkan foto bayi Anda. Mungkin Anda dan suami sulit mendapatkan anak hingga harus menjalani program bayi tabung. Namun, akun perlu dibatasi sampai usia anak maksimal satu tahun saja,” ujar Nessi. (f)