Trending Topic
Banyak Mau

15 Jul 2013


Hampir  tiap orang pasti menantikan liburan. Impian untuk bebas dari belenggu rutinitas di kantor sudah menari-nari di kepala. Tetapi, begitu pulang liburan, bukannya badan lebih segar, tetapi kepala malah pening dan capek tak berkesudahan? Hmmm… apa yang salah? 

Banyak Mau
Diakui oleh Teguh Sudarisman, travel writer, kebanyakan, pelancong asal Indonesia tidak bisa berlibur terlalu lama. Hal ini wajar terjadi karena kebanyakan perusahaan di Indonesia hanya memberi belasan hari sebagai jatah libur tahunan. Kita tidak punya libur panjang seperti negara di Eropa, misalnya, yang memberi libur musim panas bisa selama 3 bulan.
Para independent traveler (seseorang yang merancang sendiri rencana perjalanannya, tidak memakai bantuan agen perjalanan, dan bepergian tidak dalam kelompok besar), umumnya bepergian saat akhir pekan atau libur panjang. “Lamanya sekitar 2-4 hari saja. Kegiatannya biasanya diisi dengan berjalan ke banyak tempat agar maksimal,” tambah Teguh.

Turis yang menggunakan operator atau travel agent pun tak jauh berbeda. Karena merasa sudah mengeluarkan banyak biaya, harus berkunjung ke sebanyak mungkin tempat dalam waktu yang sempit. “Yang penting dia telah berkunjung ke tempat tersebut, mengabadikan dirinya dalam foto-foto, supaya orang lain tahu bahwa dia pernah ke sana, kemudian pindah ke tempat lain,” kata Teguh.

Pengesahan ‘I was here’ berupa foto di berbagai tempat wisata, sepertinya memang jadi acara wajib untuk pelancong asal Indonesia. Hal ini juga disepakati oleh Teguh Amor Patria, pendiri dan manajer tur operator The Original Bandung Trails. “They want to be in the pictures. Umumnya ada dua agenda utama turis Indonesia: berbelanja dan difoto. Walaupun budget mereka terbatas, harus ada kenang-kenangan berupa foto dengan latar belakang objek yang dikenal. Misalnya, harus berfoto di depan Menara Eiffel saat ke Paris,” tambah pria yang akrab disapa Amor ini.

Bisa dibayangkan, jika dalam satu kota ada banyak objek wajib kunjung, sementara waktunya terbatas, jelas saja jadi pontang-panting. “Berbeda dengan turis yang memiliki waktu libur lebih lama. Mereka leluasa untuk tinggal lebih lama di satu tempat, mengeksplorasi sekaligus belajar bahasa, budaya, kesenian, dan sebagainya,” jelas Teguh.  
Tak bisa disalahkan, sih. Terkadang, mahalnya biaya dan sulitnya mencapai tujuan wisata memang membuat seseorang  berusaha melihat dan mendapatkan lebih banyak objek wisata. Lagi pula, “Belum tentu bisa datang ke tempat ini lagi, ‘kan.” (RULLY LARASATI)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?