Trending Topic
Bank Sampah Malang

24 Dec 2012


Sampah sebagai Sahabat

Konsep itulah yang dibawa Rahmat Hidayat, hingga akhirnya bisa mendirikan Bank Sampah Malang (BSM). Berawal dari rasa prihatin akan minimnya pengelolaan sampah secara terpadu di daerah-daerah yang ada di Kota Malang, hatinya tergerak untuk mendalami ilmu tentang sampah.

Niat Rahmat itu kemudian mendapatkan dukungan positif dari pemerintah Kota Malang dan Tim Penggerak PKK Kota Malang. Bersama beberapa perwakilan Pemkot Malang beserta Tim Penggerak PKK, ia mengadakan penelitian tentang sampah, termasuk mempelajari cara pemilahan sampah. “Hasil penelitian itu saya sosialisasikan kepada masyarakat umum, supaya mereka memahami cara memilah sampah dengan benar,” jelas Rahmat.

Namun, ajakan Rahmat kepada masyarakat setempat untuk memahami sampah tak langsung mendapatkan respons positif. Banyak yang masih antipati dan menganggap sampah sebagai benda yang tak bermanfaat.        

Tak putus asa, Rahmat terus berupaya menyosialisasikan ilmu tentang sampah mulai dari hulu sampai rumah tangga, dengan cara memilah sampah organik (basah) dan sampah nonorganik (kering). “Pemanfaatannya pun beragam. Sampah basah bisa untuk kompos dan biogas, sedangkan sampah kering berupa plastik, kertas, botol, dan besi, bisa didaur ulang,” ujar Rahmat.

Untuk memunculkan kesadaran masyarakat akan pemanfaatan sampah, Rahmat beserta beberapa Kader Lingkungan Kota Malang mulai memikirkan cara lain, termasuk dengan mempelajari pelaksanaan bank sampah yang kala itu telah didirikan di beberapa daerah. “Pada dasarnya, kami sangat tertarik pada konsep bank sampah yang membolehkan para nasabahnya menabung menggunakan sampah. Saya memulai bank sampah ini dengan metode ATM, yang berarti: amati, tiru, dan modifikasi,” tutur Rahmat.

Bersama dengan timnya, Rahmat menambahkan beberapa fasilitas tabungan selain reguler,   misal tabungan Lebaran, sekolah, sembako, lingkungan, hingga listrik. “Khusus untuk tabungan listrik, nasabah bisa membayar listrik menggunakan sampah rumah tangga. Dengan menyetor sampah dalam jumlah tertentu, saldo tabungan bisa dialokasikan untuk membayar listrik,” jelasnya lagi. 

Hingga saat ini, sudah ada 8.000 nasabah dari seluruh daerah di Kota Malang dan 182 kelompok kecil yang telah bergabung dengan BSM. Terlebih lagi, BSM juga telah menjadi tujuan bagi beberapa aktivis lingkungan yang datang dari luar kota Malang, seperti Tangerang,  Medan, hingga Pontianak.

Menjadi nasabah di BSM. caranya sangat mudah. Tiap orang yang membawa sampah rumah tangga, seperti koran, botol-gelas air minum kemasan, dan   kaleng-kaleng ke sekretariat BSM, ia sudah bisa menjadi nasabah. “Tiap benda memiliki nilai rupiah berbeda. Untuk koran bekas misalnya, sekilo harganya Rp2.000. Sedangkan sekilo gelas air minum kemasan,  harganya Rp5.000. Jumlah tersebut langsung dimasukkan ke dalam saldo tabungan,” tegas Rahmat.

Beragam fasilitas yang ada pada BSM ini membuat warga setempat jadi lebih bersemangat dalam mengumpulkan sampah. Jika sebelumnya mereka tak terlalu peduli akan sampah dan kebersihan lingkungannya sendiri, warga di Kota Malang kini justru memiliki antusiasme besar dalam mengumpulkan dan memilah sampah.

Secara sosial, berdirinya BSM ini juga membuat para warga di beberapa daerah rumah di Malang menjadi lebih guyub. Mereka saling bekerja sama mengumpulkan dan memilah-milah sampah. Target ke depan, Rahmat ingin menjadi BSM sebagai percontohan dalam memanfaatkan sampah. "Jadikan sampah sebagai sahabat, bukan memusuhinya. Makin diabaikan, sampah akan membawa banyak kerugian bagi kita semua,” tegas Rahmat. (f)


Bank Sampah Malang
Jl. S. Supriyadi No. 38 A, Malang
Tlp: (0341) 341618



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?