Ada masalah kultural mengapa keluarga di Indonesia orang cenderung ingin punya banyak anak. Tak seperti penduduk negara maju yang emoh punya anak, di Indonesia keberadaan anak dianggap sebagai berkah pembawa rezeki. Anggapan banyak anak banyak rezeki, masih mengakar kuat dalam masyarakat kita.
“Tekanan sosial dalam masyarakat kita sangat kuat. Belum nikah disuruh cepat menikah. Sudah menikah, disuruh cepat-cepat punya anak. Sudah punya satu anak, didorong lagi punya anak kedua, dan seterusnya,” jelas Fasli.
Faktor dukungan keluarga dalam mengasuh anak, juga menjadi salah satu alasan mengapa orang Indonesia cenderung memiliki keluarga besar. Di negara maju, semua serba harus dikerjakan sendiri. Biaya day care dan gaji nanny cukup tinggi. Sementara di sini, ada keluarga besar seperti nenek, kakek, paman, bibi, yang siap jadi perpanjangan tangan dalam mengasuh anak.
Mempekerjakan PRT dan baby sitter, juga tak semahal di luar negeri. ‘Kemewahan’ inilah yang dinikmati sebagian besar masyarakat. Support system yang sangat mendukung dan ditunjang kemampuan finansial, membuat sebagian orang tak menganggap ada hambatan yang berarti jika ingin punya banyak anak di negeri ini.