Trending Topic
Ibadah & Perbuatan Belum Sejalan?

27 Sep 2011

Setiap agama mengatakan, orang yang beriman adalah orang yang seimbang antara perilaku untuk hal-hal yang sifatnya vertikal, dengan sikap yang bersifat horizontal. Tapi melihat kekerasan terhadap sesama, masih terus terjadi, benarkah keduanya sudah seimbang?

Seimbang yang dimaksud di atas, juga bermakna ada konsistensi antara memahami ajaran agama dengan menerapkannya dalam hubungan dengan sesama. Sayangnya sikap kita sering kali tidak konsisten. Untuk urusan ritual agama kita juara, tetapi terhadap sesama, kita masih melakukan kekerasan. Dalam bukunya, Kesalehan Sosial (2007), budayawan dan kolumnis Mohamad Sobary menyoroti ketidakkonsistenan massal yang terjadi sekarang. Kesalehan sekarang hanyalah ditentukan berdasarkan ukuran serba legal formal sebagaimana kata ajaran agama yang kita terima. “Kita jadi merasa memiliki hak buat menilai kredibilitas moral orang lain. Kita seolah telah menjadi anggota tim penilai keimanan orang lain,” begitu kata Sobary.

Selain itu, ada dari kita yang menyombongkan diri karena telah rajin ke rumah ibadat. Tak sedikit pula yang dalam rangka keimanan, hanya mau melakukannya rame-rame dan sengaja ditampilkan kolosal. Yenny Zanubah Wahid melihat, sebenarnya tak ada yang salah dalam hal keimanan kolektif, keimanan yang rame-rame, ini. Malah, ada bagusnya. “Sebab, ada interaksi, dimensi sosial, keakraban dan silaturahmi yang bisa dibangun dalam kegiatan itu. Tetapi, kesalehan untuk meminta pujian, baik sendiri maupun kolektif, tidak dibolehkan oleh agama mana pun,” katanya.

Itulah kenapa, kita perlu menyeimbangkan kembali keimanan. Misalnya, sensitif akan penderitaan sesama dan dengan tulus hati meringankan penderitaan itu. Merasa belum bisa ‘serius’ membantu sesama, maka sekalian saja tidak usah beribadah? “Sebaiknya janganlah pesimistis dan lantas meninggalkan Tuhan dan agama. Manusia tidak ada yang sempurna. Bila sekarang belum bisa, maka besok perlu ditingkatkan,” kata Yenny. 
Untuk berbuat baik pada sesama, kita bisa dan perlu selalu melakukan sesuatu semampu kita. Seperti yang ditulis penulis Skotlandia, Mason Albert Pike, dalam bukunya, Ex Corde Locutiones. “What we do for ourselves dies with us. What we do for others and the world, remains and is immortal.” 

Angela H. Wahyuningsih



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?