Trending Topic
Kedekatan Psikologis Jepang dan Bali

1 Aug 2011

Jepang menempati urutan kedua jumlah wisatawan di Bali, setelah Australia.  Begitu dekatnya Jepang di mata warga Bali, tak heran pascatsunami di Jepang, Bali menggelar ‘Bali Pray for Japan’ di Monumen Perjuangan, Bajra Sandhi.

Yoko Yoshida, jurnalis API magazine (majalah berbahasa Jepang) yang telah 8 tahun menetap di Bali, mengungkapkan beberapa alasan, “Bali adalah tujuan wisata pantai yang paling ideal. Kondisi pantainya secara umum lebih bagus dibanding pantai di Thailand atau Filipina. Direct flight dari Tokyo ke Bali juga menjadi pertimbangan mengapa mereka memilih Bali dibandingkan Manado, Lombok, atau Pulau Komodo. Di Bali, dengan mudah mereka bisa mendapatkan penginapan yang layak, dan berbelanja dengan harga murah.”

Pernyataan ini senada dengan Ardana Riswari atau Ires, wanita asal Indonesia yang telah lama menetap di Jepang dan bekerja sebagai talent coordinator untuk acara televisi. “Bali mungkin satu-satunya daerah wisata yang penunjang pariwisatanya paling lengkap di Indonesia,” katanya.

Orang Jepang, menurut Yoko, adalah pekerja keras. Mereka memilih Bali  karena orang Indonesia memang terkenal dengan keramah-tamahannya. “Orang Jepang dan Bali senang mengobrol. Berbeda kalau mereka berlibur ke Hawaii misalnya, di sana mereka nggak dapat teman mengobrol,” kata Yoko.

Bahkan, tidak sedikit orang Jepang yang meninggalkan aktivitasnya untuk mempelajari budaya Bali, misalnya bergabung dalam kelompok kesenian dan belajar menari atau bermain gamelan. “Di Asagaya, Tokyo, ada sanggar tari Bali,” kata Ires.

Ia menambahkan, kesamaan lain orang Jepang dan Bali adalah keduanya menjunjung peninggalan adat dan budaya tradisional. “Di antara gedung-gedung pencakar langit di Tokyo, masih bisa ditemui kuil-kuil. Anak muda Jepang juga masih ada yang suka berkimono saat musim panas,” katanya. Namun, meski menghargai budaya, mereka sebenarnya tidak menjalankan kepercayaan yang dianut. “Orang Jepang pergi ke kuil hanya saat malam tahun baru,” jelas Ires lagi.

Tren yang terjadi di Bali sekitar 3-4 tahun ini juga bisa dijadikan contoh. Saat ini banyak wisatawan Jepang yang datang ke Bali tidak sekadar untuk berwisata, tapi juga untuk melangsungkan upacara pernikahan layaknya warga setempat yang beragama Hindu. “Tidak peduli upacara dilangsungkan dengan cara apa, yang penting unik,” kata Yoko, yang juga menjelaskan bahwa upacara pernikahan ala Barat juga jamak dilakukan di Jepang.

Menurut pengamatan Ires, orang Jepang yang baru  lahir diupacarakan dengan agama Shinto. Setelah dewasa, menikah di gereja seperti orang Kristen/ Katolik, lalu meninggal dengan cara Buddha. Yoko pun menyadari hal itu. Ia mengatakan bahwa orang Jepang percaya agama, tapi tidak menjalankannya. “Dalam lingkungan adat Bali dan agama Hindu yang kental, orang Jepang seperti diingatkan bahwa manusia hidup dalam kebersamaan. Dengan adanya bencana tsunami, kami juga diingatkan untuk berserah diri pada kekuatan yang lebih besar, yaitu Tuhan.” (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?