Sex & Relationship
Rasa Saling menginginkan

2 Feb 2013


Mantan biksu Tibet, Gedun Chopel, sempat membuat kontroversi dengan menulis manuskrip mengenai cinta, gairah, dan seks. Berbeda dari ‘kitab suci’ seks terkenal dari India, Kama Sutra, yang banyak berbicara tentang tip-tip praktis bercinta lewat panduan gaya bercintanya yang super lengkap, manuskrip Treatise of Passion milik Chopel banyak membahas sisi psikologis dari persetubuhan antara pria dan wanita. Menurutnya, sumber hubungan seksual yang hebat tak hanya bertumpu pada posisi semata, tapi juga gairah dan hubungan yang setara antara pria dan wanita.

Rasa Saling Menginginkan
Pria mana yang tidak mendambakan kehadiran seorang wanita? Demikian juga sebaliknya, wanita mana yang tidak mendambakan kehadiran seorang pria? Rasanya, bagi setiap orang normal, kehadiran lawan jenis tentu dapat memberikan oase dan kebahagiaan tersendiri. Menurut Chopel, pelengkap dari kebahagiaan manusia adalah kebahagiaan penuh gairah atas bersatunya organ pria dan wanita.

Untuk mencapai hubungan seksual yang hebat, kesampingkan dulu pikiran mengenai teknik bercinta. Intinya justru terletak pada bagaimana kita dapat mengoptimalkan foreplay dan menstimulasi pasangan untuk mendapatkan pengalaman bercinta yang maha dahsyat. Sebelum itu dapat terjadi, sepasang suami istri harus memiliki hubungan yang penuh gairah, saling menginginkan satu sama lain.

Menurut Chopel, rasa ketertarikan yang kuat terhadap pasangan kita adalah fondasi penting dari hasrat seksual yang membuat kita menikmati setiap detik dari kegiatan bercinta dengan pasangan. Menikmati setiap detik, sentuhan, dan rangsangan akan menuntun kita mencapai puncak kenikmatan seksual yang membahagiakan. Tanpa rasa ketertarikan, kegiatan seksual hanya akan menjadi ritual hampa pemenuhan kebutuhan biologis manusia.

Dalam bukunya, Chopel menentang poligami, perselingkuhan, atau berbagai bentuk hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan. Ia mengkritik keras budaya beberapa bangsa yang mengizinkan seorang pria memperistri lebih dari satu wanita atau memiliki banyak selir. Baginya, setengah dari tubuh pria adalah tubuh istrinya. Demikian juga sebaliknya.

Jeffrey Hopkins, penulis buku Tibetan Arts of Love menerjemahkan pemikiran Chopel, sebagai bentuk kesetaraan antara pria dan wanita. Menurut Jeffrey, pemikiran Chopel ini dipengaruhi oleh kepercayaannya akan karma. Jadi, jika saja kita memandang hidup sumber penderitaan, kita bisa lebih menghargai kehadiran seorang teman.

Menurut agama Budha, perselingkuhan bisa membawa perselisihan, terlebih lagi jika perselingkuhan itu diketahui pasangannya. Ketika itu terjadi, sebuah karma akan ditetapkan dan di kehidupan kita di masa mendatang, kita akan menghadapi perselisihan dan kesulitan mendapatkan pasangan hidup yang tepat. Bagi Chopel, kesetiaan terhadap pasangan menjadi semakin penting karena tempat untuk menanamkan perilaku religus mendasar, seperti cinta dan kasih sayang, adalah di rumah.

Buku Tibetan Arts of Love mengupas kumpulan nasihat menggairahkan tentang bagaimana wanita dapat meningkatkan kepuasan seksual dan cara menghindari hambatan-hambatan untuk mencapai kepusan seksual tersebut. Bagi Chopel, wanita tidak boleh mengabaikan kepuasan seksual karena ini merupakan akses terhadap pengalaman spiritual yang mencerahkan.(f)
   





 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?