Perencana Keuangan Independen & CEO QM Financial
Urusan mampu tidak mampu ini bisa diatur, kok. Tinggal mau atau tidak. Dan edukasi soal manfaat dana APBN bagi rakyat harus dikampanyekan. Lebih penting lagi, ditunjukkan hasilnya. Subsidi BBM harusnya bisa untuk apa, dan tunjukkan buktinya.
Banyak golongan menengah yang skeptis, karena merasa bekerja keras, bayar pajak, lalu hasil pajaknya dikorupsi. Menurut saya, bayar pajak itu kewajiban. Urusan korupsi, memang harus diberantas. Subsidi BBM, ya, harus bisa dirasakan manfaatnya untuk apa. Dengan begitu, golongan menengah yang kuat akan berpikir dua kali sebelum membeli BBM bersubsidi.
Definisi golongan menengah sendiri berbeda dari satu kepala ke kepala lainnya. Dari peserta survei Eksperimen 30 Hari yang saya adakan lewat twitter pada awal 2011 lalu, terlihat pengeluaran BBM untuk mereka yang berpenghasilan Rp2,4 juta dan Rp27 juta, mewakili kalangan menengah ke atas.
Beda antara biaya membeli BBM bersubsidi dengan nonsubsidi hampir dua kali lipat. Secara natural, fakta ini memang akan membuat orang cenderung mencari yang lebih murah. Tapi, kalau kita mau mengurangi biaya yang bukan untuk kebutuhan pokok, sebenarnya BBM nonsubsidi pun masih terjangkau (lihat ilustrasi di bawah).
Yang perlu diperhatikan pula, kendaraan seperti apa yang membutuhkan BBM subsidi dan yang nonsubsidi. Sudah banyak mobil yang harus menggunakan BBM tanpa timbal. Ini artinya yang nonsubsidi. Jadi, mereka yang mengendarai sepeda motor tertentu, juga city car hingga SUV, sudah terkondisikan harus menggunakan BBM nonsubsidi.
Ilustrasi:
Gaji Rp2,4 juta
Pengeluaran transportasi: Rp429.500 atau sekitar 18% dari penghasilan. Kemungkinan besar responden adalah pengendara motor dan mengisinya dengan BBM subsidi (ongkos Rp30.000, setiap beberapa hari).
Tentu saja 18% untuk transportasi ini adalah pengeluaran yang besar. Tetapi, lihat 2 indikator lain: pengeluaran lifestyle Rp1.011.000/bulan (41%) dan menabung Rp650.000/bulan (27%). Jika responden bersedia menurunkan sedikit biaya pengeluaran yang bukan kebutuhan pokok (entertainment, dan lain-lain), tentu membeli BBM nonsubsidi (meningkatkan alokasi transportasi) bukan masalah dan tak lagi memberatkan. Responden masih mampu untuk menabung sebesar Rp650.000 / bulan (27%).
Gaji Rp27 juta
Pengeluaran transportasi: Rp2,2 juta per bulan, 8% dari penghasilan. Ini meliputi biaya parkir mobil, tiket tol dan bensin sekitar Rp150.000 setiap beberapa hari. Responden menabung hingga Rp11 juta per bulan, atau 41% dari penghasilan, sementara pengeluaran yang bukan kebutuhan pokok sebesar Rp5,7 juta, atau 21% dari penghasilan. Artinya, demi membeli BBM nonsubsidi, responden masih mampu meningkatkan pengeluaran untuk biaya transportasi.
Naomi Jayalaksana