Money
Batas Kepercayaan Konsumen

17 Jun 2011

Pakar marketing Rhenald Kasali berpendapat, sebagai pebisnis, bisa saja memberikan trust pada konsumen, akan tetapi sebaiknya dibatasi. “Trust tidak bisa dibagikan pada semua orang. Trust is limited. Ada orang yang bisa dipercaya untuk hal-hal tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan, tetapi jika menyangkut uang, sebaiknya hati-hati. Kalau dalam berjualan, gebyah uyah pada semua orang, akan rugi nantinya,” ujar Rhenald.

Rhenald menduga, pedagang yang memberi kepercayaan besar pada konsumen adalah mereka yang menggunakan ilmu seniman. Maksudnya, mereka punya feeling, seorang pembeli bisa dipercaya atau tidak. Seorang seniman, menurut Rhenald, bisa saja tak melepaskan karya seninya, meski sudah ditawar dengan harga tinggi. Akan tetapi, jika bertemu orang yang disukai, ia bisa memberikannya begitu saja.

Soal feeling ini diiyakan oleh Elida Veronica, pemilik butik online www.ev-style.com . “Dalam bisnis, memang butuh feeling yang kuat untuk tahu dengan siapa kita bisa percaya.” Hal ini berlaku dalam memperlakukan konsumen maupun partner bisnis. Selama ini Elida belum pernah salah dengan feeling-nya.

Dalam perekrutan karyawan, dikenal dua falsafah yang berkaitan dengan trust. Pertama, semua orang tidak bisa dipercaya. Makanya, prosedur perekrutan harus melalui screening yang panjang. Falsafah kedua, semua orang bisa dipercaya, sampai terbukti diri mereka tak bisa dipercaya. Nah, mana yang paling tepat?

Menurut Rhenald, tak ada yang tepat. Karena, kepercayaan ibarat game. Penipu ulung mempelajari seni trust ini. Misalnya begini: si A memesan 1 container barang, dibayar. Memesan lagi 2 container, dibayar. “Tidak tahunya, itu pancingan. Ketiga kali, ia memesan 20 container, tidak dibayar. Mau bilang apa?” ujar Rhenald.

Sikap hati-hati dalam berbisnis tetap perlu dikedepankan. Seorang konsumen bisa saja tidak membayar bukan karena dia jahat. Mungkin karena ia lupa, catatan nomor rekeningnya hilang, atau karena kendala lainnya. Faktor-faktor tersebut tentunya perlu diantisipasi.

Dengan demikian, memberi trust tidak sama dengan ceroboh, sengaja menutup mata pada latar belakang konsumen, yang penting semua barang laku terjual. Karenanya, tak ada salahnya menanyakan nomor telepon dan alamat konsumen, jika ia tak bisa membayar pada saat itu juga. (f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?