Health & Diet
Waspada Gangguan Penglihatan

24 Mar 2014


Kondisi mata merah, gatal, atau berair, tak selalu berarti iritasi ringan yang bisa ditangkal dengan obat tetes mata. Menurut dr Ferdiriva Hamzah, Sp.M dari Jakarta Eye Center, ada banyak penyakit mata yang umumnya tidak disadari oleh penderitanya. Penyebabnya beragam: mulai dari infeksi hingga komplikasi penyakit degeneratif.

Waspadai Ancamannya

Berikut ini beberapa gangguan yang bisa mengancam penglihatan Anda.

1. Infeksi dan Radang
Kornea, lapisan bening yang berada di permukaan bola mata, dapat mengalami infeksi karena aktivitas sehari-hari, seperti penggunaan lensa kontak yang tidak tepat.
“Lensa kontak tidak boleh dipakai sembarangan. Jika terlalu lama tertutupi lensa kontak, lebih dari 12 jam, kornea kesulitan mendapatkan asupan oksigen yang dibutuhkan sehingga dapat terjadi infeksi,” papar dokter yang biasa disapa Riva ini. Ia juga menyarankan untuk memasang lensa kontak sebelum merias area mata, untuk menghindari risiko partikel kosmetik menempel di lensa kontak dan bergesekan langsung dengan mata.
 Adanya benda asing yang dibiarkan masuk ke mata tak hanya berpotensi menimbulkan infeksi kornea, namun juga peradangan pada kelenjar air mata. Keduanya dapat menimbulkan mata merah, yang seringkali lantas diobati sendiri oleh penderita tanpa berkonsultasi dengan dokter. Akibatnya, alih-alih mempercepat penyembuhan, infeksi yang telah terjadi justru dapat bertambah parah dan mengakibatkan borok.
 Anda juga perlu berhati-hati dengan kebiasaan mengucek mata, karena bisa memasukkan kuman ke dalam mata. Karena mata sangat sensitif, kuman yang masuk ke mata bisa mengakibatkan konjungtivitis atau radang selaput mata, bahkan bisa melukai kornea mata jika dilakukan terlalu kuat.

2. Polusi dan Sinar Matahari

Polusi udara yang semakin parah dapat menyebabkan mata mudah teriritasi. Secara umum, kondisi mata yang menampakkan gejala-gejala iritasi dapat juga menjadi pertanda alergi. Gejalanya antara lain, mata merah, gatal, dan berair, tapi tidak timbul kotoran mata.
Pertolongan pertama untuk meredakan alergi dapat dilakukan dengan mengompres kelopak mata dengan es batu yang dibungkus dengan kain atau tisu. Namun, jika gejala-gejala alergi masih berlanjut, segera konsultasi ke dokter.
Bila dibandingkan potensi iritasi yang dapat ditimbulkan oleh polusi udara, sinar ultraviolet (UV) justru lebih berbahaya bagi kesehatan mata. Jika dibiarkan masuk ke mata, sinar UV dapat menyebabkan berbagai kelainan pada mata, seperti katarak dan age-related macular degeneration (AMD) atau penyakit mata degeneratif karena usia, yang lama-lama bisa merusak penglihatan.
Untuk melindungi mata dari sinar UV, dibutuhkan kacamata hitam yang memiliki lapisan UV protection. “Jika hanya mementingkan lensa berwarna gelap, tanpa adanya lapisan UV protection yang melindungi, itu justru berbahaya. Pupil mata akan melebar saat berada dalam keadaan gelap, sehingga justru memperbesar ‘pintu masuk’ sinar UV ke mata,” ujar dr. Riva.

3. Tingginya Tekanan Bola Mata

Tekanan pada bola mata seringkali terlewat dalam pemeriksaan. Padahal tekanan pada bola mata yang tinggi dapat berakibat merusak saraf optik.
Tekanan bola mata dapat meningkat karena berbagai sebab, seperti terhambatnya aliran cairan mata yang disebut aqueous humor, peradangan pada mata, infeksi mata, maupun penyumbatan pembuluh darah di mata. “Penyakit glaukoma itu macam-macam jenisnya, dan biasanya dipengaruhi faktor keturunan,” jelas dr. Riva.
Untuk memastikan apakah seseorang mengalami glaukoma, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan pemeriksaan lapang pandangan. Apabila hasil pemeriksaan tekanan bola mata menunjukkan angka di atas normal, yaitu 10-21 mmHg, risiko adanya glaukoma cenderung tinggi.
Jika tidak ditangani lebih lanjut dengan pengobatan teratur, glaukoma dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan permanen, mulai dari menurunnya ketajaman penglihatan, gangguan pada lapangan pandang, hingga kebutaan. Karena kondisi mata penderita dapat memburuk dengan nyaris tanpa gejala, penyakit glaukoma juga disebut silent blindness.

4. Komplikasi Penyakit Degeratif
Penyakit mata juga bisa datang tanpa disadari karena merupakan bentuk komplikasi dari penyakit lain, misalnya diabetes dan tekanan darah tinggi. Salah satu contohnya adalah diabetic retinopathy, yaitu penyakit pada retina mata akibat kerusakan pembuluh darah di mata, yang berawal dari penyakit diabetes.
“Pada tahap awal penyakit diabetic retinopathy, umumnya pasien tidak merasakan apa-apa. Tapi, begitu pandangan pasien menjadi buram, ada sesuatu di dalam matanya, biasanya perdarahan. Perdarahan ini dapat merusak kondisi retina, sehingga terjadi kebutaan,” dr Riva menuturkan.
Selain diabetic retinopathy, komplikasi penyakit degeneratif juga dapat mengakibatkan glaukoma dan katarak. Mirip dengan diabetic retinopathy, gangguan pada retina mata yang diakibatkan oleh penyakit tekanan darah tinggi disebut hypertensive retinopathy.
   

5. Mata Malas
Jika sudah berusaha mengenakan kacamata tapi tidak ada pengaruhnya, mungkin gangguan itu terjadi sejak Anda masih anak-ana. Banyak orang tua tidak menyadari, anak-anak juga berpotensi menderita penyakit mata tanpa mereka sadari. Dr. Riva mencontohkan penyakit mata malas atau ambliopia. Gangguan penglihatan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali dipulihkan) ini merupakan penurunan kondisi ketajaman pandangan yang tidak bisa lagi disempurnakan dengan kacamata. Dalam kondisi ini, saraf optik tidak dapat berfungsi normal dalam mengirimkan rangsang ke otak, sehingga pandangan mata sulit untuk fokus.
Umumnya, penyakit ini terjadi pada anak di bawah usia 6 tahun yang mengalami kegagalan stimulasi penglihatan, akibat adanya gangguan penglihatan seperti mata minus, plus, atau silindris. Penyakit mata malas harus ditangani sedini mungkin, yaitu dengan mengoreksi gangguan penglihatan tersebut lewat penggunaan kacamata.
 “Jika menunda penggunaan kacamata, penyakit mata malas pada anak yang sudah berusia di atas enam tahun akan sulit diperbaiki karena saraf mata tidak termotivasi perkembangannya dari awal,” dr. Riva berpesan. (Puji Maharani)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?