Health & Diet
Have a Safe Flight!

4 Sep 2012


Di beberapa imigrasi atau bandara tertentu, tak jarang kita menghadapi keribetan dengan perubahan-perubahan aturan baru. Namun demikian, ada aturan basic keselamatan yang dari dulu sebetulnya tidak pernah berubah. Inilah penjelasan dan alasan-alasan di balik aturan dasar (yang seringkali disepelekan) itu.  

1. Mematikan ponsel.
Ponsel harus dimatikan sepanjang perjalanan, bukan hanya pada saat take off dan landing. Memang, pada dasarnya, pengaruhnya tidak terlalu besar. Presisi frekuensi sinyal ponsel dengan pesawat berbeda, tidak bisa saling berinteraksi. Hubungan antara sinyal ponsel bisa mengganggu komunikasi dan navigasi sebetulnya belum bisa dijelaskan secara empiris.  Hanya saja, pada waktu pesawat take off dan landing, ada kekhawatiran sinyal mengganggu sistem komunikasi yang ada di cockpit dengan sistem pemantau navigasi penerbangan di darat dan dengan sesama pesawat lain yang kemungkinan tengah terbang berdekatan. Kalau sudah di atas, malah tidak masalah. Namun, toh, di ketinggian tidak ada sinyal ponsel. Untuk amannya, maka penggunaan ponsel sebaiknya dilarang sama sekali.

2. Menegakkan sandaran kursi dan mengenakan sabuk pengaman ketika take off dan landing.
Pada saat pesawat take off dan landing, pesawat dalam kecepatan tertinggi. Ada gaya gravitasi yang bekerja. Terjadi pelambatan gaya, tubuh kita dipengaruhi oleh gaya yang berlawanan dari arah depan ke belakang. Jika sandaran kursi ditegakkan, yang kita rasakan gaya itu dari belakang ke depan. Sebaliknya, jika sandaran kursi tidak sempurna dan kita tidak mengenakan sabuk pengaman, tekanan gaya yang kuat dari arah depan bisa mengakibatkan kita terlempar.
Begitu pula, dalam keadaan emergency dan mendadak pilot memberi instruksi membatalkan take off, posisi tubuh yang dianjurkan adalah posisi bend down (duduk dengan badan ditundukkan sambil memegang kaki), posisi ini paling aman untuk melindungi diri dari benturan. Bila kursi tidak dalam keadaan tegak, tentu akan sulit untuk melakukan posisi bend down secepatnya.
Sabuk pengaman memberikan perlindungan ekstra pada saat terjadi turbulensi atau cuaca sedang tidak bagus. Turbulensi adalah pergolakan udara, kondisi kolom udara mengalami benturan massa udara yang datang dengan kecepatan yang cukup tinggi dan berasal dari berbagai arah yang tidak beraturan. Pesawat masuk ke daerah yang tekanannya rendah. Pada saat itu, gaya g (g-force) berubah menjadi negatif, kita diwajibkan mengenakan sabuk pengaman.  

3. Membuka penutup jendela.
Menjelang landing adalah masa-masa kritis. Jika terjadi emergency yang mengharuskan pintu darurat dibuka, pintu baru boleh dibuka jika kondisi di luar aman dan tidak ada api. Untuk memastikan ada atau tidaknya api, kita harus membuka penutup jendela.  Tujuannya, supaya semua penumpang waspada bila terlihat percikan api di sayap pesawat. Selain itu, penumpang juga bisa ikut melihat posisi pesawat, apakah mendekati laut atau daratan saat akan melakukan pendaratan darurat, sehingga bisa secepatnya memutuskan perlu mengenakan jaket pelampung  atau tidak.

4. Memperhatikan demo keselamatan.
Setiap kali sebelum terbang, pramugari selalu memperagakan demo keselamatan. Jangan remehkan meski kita sudah mendengarnya berulangkali, sekadar untuk mengingat kembali. Sebetulnya, prosedur emergency di semua jenis pesawat sama saja. Hanya, yang perlu diperhatikan, kondisi interior dan letak pintu darurat  berbeda-beda. Cermati pintu darurat, dan cek jaket pelampung di bawah tempat duduk Anda. Jika tidak ada, segera minta ke pramugari.
Baca pula kartu prosedur keselamatan  yang biasanya diselipkan di kantong tempat duduk di depan Anda. Kartu inilah yang bisa membimbing Anda ketika keadaan darurat terjadi di pesawat. Ingat, apabila terjadi insiden, otak kita hanya punya waktu 6-12 detik untuk berpikir (yang disebut time of useful consciousness, kondisi saat otak dengan tubuh masih sinkron). Selanjutnya, kondisi refleklah yang akan menggerakkan Anda.  Itulah kenapa demo keselamatan perlu terus menerus diulang.(Ficky Yusrini)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?