Health & Diet
Bom Waktu

3 Jun 2014


Mereka yang bekerja di kantor rata-rata menghabiskan sekitar 80% dari jam kerjanya dengan duduk di depan meja, sampai-sampai menganggap meja kantornya seperti rumah kedua. Padahal, penelitian terbaru menemukan bahwa terlalu banyak duduk atau kurangnya aktivitas fisik dapat menimbulkan berbagai penyakit berat yang menyerang otot, tulang, sendi, hingga jantung. Bahkan, mereka yang berolahraga sesekali juga tidak kebal terhadap risiko ini.

Bom Waktu
Duduk di kursi yang empuk, tidak bisa disangkal, memang nikmat. Apalagi banyaknya worksheets yang harus dihadapi di meja atau layar komputer dengan penuh konsentrasi. Segelas kopi hangat untuk amunisi pagi, sebotol body lotion untuk kulit yang kering karena AC, serta sebotol besar air minum supaya tidak perlu bolak-balik ke pantry. Semuanya tersedia di meja untuk membuat pekerjaan senyaman mungkin.

Tanpa disadari, 8 jam berlalu dan Anda hanya bangkit dari kursi saat makan siang dan sekali ke toilet. Niat untuk jalan kaki ke ATM terdekat juga diurungkan karena ada internet banking. “Saat ini gaya hidup modern memang memudahkan berbagai kebutuhan manusia. Tapi, karena hidup membutuhkan keseimbangan, gaya hidup seperti ini menjadi bom waktu yang suatu saat bisa meledak,” ujar dr. Michael Triangto, SpKO dari Klinik Slim and Health. Ia menjelaskan, meskipun kesannya nyaman, ada banyak hal yang terjadi pada tubuh saat kita duduk atau tidak bergerak untuk waktu yang lama.

Yang paling jelas dan terasa pertama kali adalah melemahnya otot dan sendi. Ketika lama tidak digerakkan, otot dan sendi kita seperti tertidur. Otot-otot menjadi kaku, sementara sendi-sendi jadi tidak mengalami gerakan yang diperlukan untuk tetap lentur. Karena kekuatan otot dan sendi ini tidak berkembang, tubuh rasanya menjadi berat dan kita  makin malas  bergerak. Bila terjadi terus-menerus, akan menjadi lingkaran setan.

Terlalu lama duduk juga akan memengaruhi postur tulang belakang. Tidak semua orang beruntung mendapatkan kursi kerja dengan arm rest dan sandaran fleksibel dan ergonomis yang bisa menopang seluruh tubuh dengan baik. Tapi, dengan kursi yang bagus sekalipun, lama-kelamaan tubuh akan merasa tidak nyaman, yang membuat kita akhirnya bertumpu ke depan, atau condong ke kiri atau kanan. Beban tulang belakang yang terakumulasi tidak bisa diringankan hanya dengan sesekali stretching. Ujung-ujungnya, backpain pun mendera.

Selanjutnya, yang menurut Michael sering tidak disadari tapi berakibat fatal  adalah gangguan pada sistem kardiovaskular, yaitu pembuluh darah dan jantung. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerja kantoran, tapi semua orang yang tidak melakukan banyak aktivitas fisik.

Ketika tubuh tidak sering bergerak, jantung dan pembuluh darah bekerja dengan lambat. Saat tubuh mendadak melakukan aktivitas berat atau seseorang tiba-tiba emosi, jantung dan pembuluh darah pun ‘kaget’. Karena tidak biasa memompa darah terlalu cepat, pembuluh kemudian bisa mengalami perlukaan atau penyempitan yang mengakibatkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Kalau terlalu parah, pembuluh darah ini bisa tersumbat atau pecah dan menyebabkan stroke.

Bahaya yang tak kalah mengerikan adalah obesitas. Saat kita diam, tubuh kita menyimpan kelebihan kalori dalam bentuk lemak. Pengaruhnya bukan hanya pada kolesterol, kalau berlebih, lemak ini akan membuat pembuluh darah menyempit. Menurut American College of Sports Medicine (ACSM), gaya hidup kurang gerak ini meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2. 

Menurut Peter Katzmarzyk, dosen epidemiologi di Pennington Biomedical Research Center, bukan soal orang itu berolahraga atau tidak, duduk itu sendiri adalah sebuah ancaman kesehatan. Menurutnya, duduk selama 3 jam sehari meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung sehingga berpotensi mendiskon usia hidup Anda sebanyak dua tahun.
 
Penelitian yang dilakukan oleh Brigid Lycnh dari National Health and Medical  Research Council (NHMRC) menemukan hubungan antara duduk terlalu lama dan kurang gerak dengan kanker kolon dan ovarium pada wanita. Penumpukan lemak di tubuh dicurigai jadi perantaranya. Selain itu, kelebihan berat badan juga menyebabkan sendi kita mengalami tekanan berlebih yang dapat mengakibatkan radang atau kerusakan pada tulang rawan sendi (osteoarthritis atau OA).

PRIMARITA S. SMITA


Baca juga: Mengintai saat mudik


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?