Health & Diet
Bisa Jadi Tumor

8 Oct 2014


Jika keguguran setelah kehamilan memasuki minggu ke-8 tak dapat dicegah, maka tindakan kuretase atau proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding rahim harus segera dilakukan. “Jika tidak dilakukan tindakan kuret oleh dokter, dikhawatirkan terjadi perdarahan berkelanjutan yang membahayakan nyawa ibu,” jelas Dr. dr. H. Taufik Jamaan, SpOG dari klinik Pacific Healthcare Indonesia dan Rumah Sakit Bunda.

Namun, dr. Taufik menambahkan, jika keguguran terjadi sebelum minggu ke-8, maka tak perlu dilakukan tindakan kuretase. Biasanya dokter akan meresepkan obat kontraksi untuk mengeluarkan sisa janin dan gumpalan darah.

Perdarahan yang terjadi merupakan cara alamiah rahim dalam upaya membersihkan dirinya. Selama rahim belum benar-benar bersih, maka perdarahan akan terus terjadi. Sisa jaringan yang tertinggal dalam rahim, apabila didiamkan, bisa berkembang menjadi tumor. Sisa jaringan mati yang membusuk di dalam rahim dan menyebabkan infeksi  akan menimbulkan keputihan dan perlengketan pada rahim.

“Jika lengketnya di saluran tuba, tentunya akan menyulitkan sel sperma mencapai sel telur. Pada akhirnya, wanita tersebut menjadi infertile,” jelas dr. Taufik. Itulah sebabnya, setelah terjadi keguguran, rahim harus benar-benar bersih dari sisa-sisa jaringan mati.  
   
Tak seperti pada proses melahirkan yang diikuti dengan masa nifas (keluarnya darah selama satu siklus haid), setelah tindakan kuretase aliran darah akan langsung terhenti. “Nah, jika masih terjadi perdarahan di atas satu minggu, sebaiknya periksakan ke dokter. Itu berarti masih ada sisa janin yang tertinggal sehingga perlu diberikan obat kontraksi atau tindakan kuretase ulang,” kata dr. Taufik.  
   
Jika terjadi keguguran berulang, patut dicurigai adanya kemungkinan mengidap virus toksoplasma atau terdapat mioma dan tumor dalam rahim. Jika positif, maka dokter akan mengangkat mioma atau tumor tersebut. Adapun endometriosis tidak akan menyebabkan keguguran.
   
Disarankan oleh dr. Taufik, setelah mengalami keguguran, sebaiknya diberikan masa jeda selama 2 siklus haid untuk rahim memulihkan kondisinya sebelum hamil lagi. Sedangkan hubungan seks dapat dilakukan seperti biasa setelah satu bulan. Satu hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga higienitas agar tak sampai terjadi infeksi.
Meski jumlahnya tak banyak, ada kasus di mana keguguran terjadi pada kehamilan akibat gagal kontrasepsi (ketika hamil, alat kontrasepsi spiral masih terpasang di mulut rahim).
“Ini terjadi akibat letak spiral berubah. Apabila terlanjur terjadi kehamilan, maka spiral sebaiknya tetap terpasang. Jika dilepas justru bisa memicu keguguran,” kata dr. Taufik.
Masalah lain yang perlu diperhatikan dari wanita yang mengalami keguguran adalah persoalan psikologis. Sebab, tak jarang mereka yang sangat mengharapkan kehadiran buah hati (setelah sekian tahun menanti kehamilan) akan merasa terguncang dan depresi ketika terjadi keguguran.

Menurut dr. Taufik, tak perlu sampai harus dibawa ke psikolog, namun calon ibu yang tengah berduka tersebut butuh dukungan moral dari pasangan atau keluarganya. “Terus besarkan hatinya dan mengajaknya berserah pada kehendak Tuhan. Dengan dukungan kemajuan teknologi medis saat ini, keguguran bukan akhir segalanya. Peluang untuk hamil kembali masih besar, dengan cara alamiah maupun dengan bantuan teknologi,” katanya, memberi secercah harapan.

Reynette Fausto


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?