Health & Diet
Bibitnya Tak Unggul

7 Oct 2014


Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Keguguran bisa sewaktu-waktu terjadi pada  tiap wanita hamil. Tak dipungkiri, ada pula kasus di mana keguguran terjadi di usia kehamilan yang masih sangat muda sehingga seseorang tak menyadari bahwa dirinya sedang hamil.

Perdarahan yang terjadi setelah beberapa minggu terlambat haid dan diikuti   rasa sakit seperti kontraksi, menjadi salah satu tandanya. Menurut Dr. dr. H. Taufik Jamaan, SpOG dari klinik Pacific Healthcare Indonesia dan Rumah Sakit Bunda, tanda awal keguguran biasanya berupa rasa mulas atau kram di perut bagian bawah karena rahim berkontraksi, dan keluarnya bercak-bercak darah hingga darah segar  mengalir.

“Wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun lebih berisiko mengalami keguguran karena hormon penguat rahim dan kualitas sel telurnya tak seprima dulu, sehingga janin yang berkembang pun kurang bagus dan rentan gugur,” ungkap dr. Taufik. Itu sebabnya, disarankan wanita untuk memiliki keturunan saat berada dalam golden period, yaitu di rentang usia 20-35 tahun.

Keguguran atau biasa disebut dalam dunia kedokteran abortus spontan diartikan sebagai terhentinya kehamilan di bawah usia 20 minggu yang ditandai dengan keluarnya janin dalam bentuk aliran darah segar atau gumpalan-gumpalan darah. Apabila usia kehamilan telah menginjak minggu ke-20 hingga ke-28, maka disebut dengan partus atau kelahiran immature. Lebih dari itu (di atas 28 minggu) disebut dengan kelahiran prematur.

“Pada kelahiran prematur bayi masih bisa diselamatkan. Tapi, pada kehamilan yang terhenti sebelum mencapai 24 minggu (atau berat janin kurang dari 600 gram), sang janin tak mungkin bisa hidup,” jelasnya. 
Sebenarnya, keguguran masih bisa dicegah jika ditangani segera pada awal proses keguguran. “Jika terdapat vlek atau mengalir darah segar, segera periksakan ke dokter sehingga bisa langsung diberikan obat penguat rahim dan saran untuk bed rest total jika memang dibutuhkan,” ujarnya. 
   
Kelainan kromosom atau genetis, gangguan hormonal, infeksi, kelainan darah, dan faktor mekanik (seperti terpeleset atau jatuh dan kecapekan) dituding menjadi penyebab luruhnya janin yang tengah berkembang itu. Meski penyebabnya beragam,  menurut dr. Taufik, hampir separuh kasus keguguran terjadi di awal pembuahan akibat konsepsi bibit yang tak bagus (faktor kromosom atau genetis). 
   
Lantas apa yang menyebabkan bibit tak berkualitas? Faktor kelelahan, stres, dan asupan gizi yang tak memadai membuat kualitas sperma atau sel telur menjadi rendah. Sebagaimana seleksi alam yang berlaku dalam hidup, bibit yang tak unggul ini meskipun berhasil membuahi atau terbuahi, pada akhirnya tereliminasi sendiri dalam proses berkembangnya kemudian.
   
Tubuh kita  punya mekanisme sendiri untuk membuat keputusan apakah akan meneruskan pembuahan ini atau justru menghentikannya. Itu sebabnya, penting sekali untuk mempersiapkan kehamilan sebelum terjadi pembuahan.
 Seorang wanita yang berencana untuk hamil hendaknya mulai ‘menabung’ gizi, terutama asupan asam folat, untuk perkembangan sel otak dan tabung selaput saraf calon bayi. Selain itu, memastikan tubuh steril dari infeksi kelamin dan virus TORCH (toksoplasma, rubella, herpes) sangat penting agar janin tak gugur atau lahir cacat.

Reynette Fausto





 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?