Health & Diet
Alergi, Tidak Bisa Disembuhkan?

22 Aug 2013


Menjaga tubuh dari munculnya alergi memang gampang-gampang susah. Apalagi ketika traveling. Jangan sampai diare, konstipasi, atau gatal-gatal menghambat Anda menikmati liburan. Sajian seafood menggoda, suhu dan cuaca yang berbeda, atau kondisi tubuh yang berubah bisa jadi pemicu timbulnya gangguan alergi. Hindari penyebabnya sebisa mungkin.

Menurut dr. Wawan Kurniawan, SpPD dari Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta, kebanyakan penderita alergi masih sulit membedakan antara reaksi alergi dan infeksi yang terjadi dalam tubuh. Reaksi alergi terjadi tidak dalam waktu lama, dan akan hilang dalam hitungan menit atau jam. Jadi, ketika bersin dan pilek yang Anda pikir adalah reaksi alergi berlangsung dalam hitungan hari, maka yang terjadi adalah infeksi dari virus influenza atau virus lain.

Memang sulit menentukan gejala-gejala alergi, karena memang alergi tidak bisa disimpulkan hanya dalam sekali reaksi. “Prinsip alergi itu sendiri terpapar berulang kali. Pertama kali muncul, belum bisa disimpulkan sebagai alergi. Namun, bisa jadi, gangguan muncul sudah kesekian kali, pasien tidak juga menyadarinya,” jelas Wawan.
Alergen bukan hinggap ke organ tertentu, tapi masuk ke tubuh di mana tubuh akan membentuk imunoglobulin E yang tidak bisa diprediksi akan ke mana dan memberi efek seperti apa. Inilah yang menyebabkan  tiap orang memiliki respons dan efek yang berbeda kepada penyebab alergi. 

Alergi tergolong penyakit yang diturunkan secara genetis. Tiap orang memiliki risiko 5 persen alergi terhadap suatu benda atau makanan. Namun, risiko ini bertambah besar sampai 80 persen pada anak yang orang tuanya mengidap alergi.

Sayangnya, alergi yang dialami sejak kecil tak jarang berlanjut hingga dewasa. Penyakit ini memang tidak bisa disembuhkan. Cara yang paling tepat berdamai dengan alergi adalah dengan mencari tahu penyebabnya, dan sebisa mungkin menghindari alergennya.  
Jika harus, ada beberapa obat yang dapat meredakan reaksi alergi. Para penderita alergi bisa menyiapkan obat alergi, seperti antihistamin, selama traveling. Obat antihistamin reseptor h2 ini bisa dikonsumsi oleh penderita alergi apa saja, untuk menghilangkan gejala alergi yang kambuh. Decongestan dan psodoefedrin juga dapat menjadi pilihan lain bagi mereka yang alergi rinitis dan asma.

Untuk mencegah munculnya reaksi alergi, Anda memang harus menghindari penyebab alerginya. Sayangnya, tidak semua orang  ngeh akan penyebabnya itu. Menurut dr. Widodo Judarwanto, SpA, dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Menteng, Jakarta, menghadapi alergi, yang sulit memang bukan mendapatkan obatnya, melainkan mencari penyebab alerginya. “Tes-tes yang ada sampai saat ini hanya terbatas pada makanan-makanan tertentu dengan reaksi alergi cepat. Padahal, hampir 90 persen makanan memiliki reaksi alergi lambat,” tambahnya.

Dijelaskan Widodo, kondisi tubuh dan stres merupakan pemberat reaksi alergi. “Stres dan kondisi tubuh yang sedang menurun tidak akan memengaruhi alergi, jika alergi terkendali. Stres itu pemberat. Jika alergi terkendali, stres tidak akan menjadi penyebab alergi.” 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan reaksi alergi, terutama pada anak-anak. Misalnya, alergi pada pernapasan sering ditimbulkan oleh hirupan dan makanan. Pada bayi dan anak, makanan adalah penyebab utama. Sedangkan pada orang dewasa, pengaruh makanan akan berkurang,  namun tidak dengan penyebab lain, seperti   debu, bulu binatang, serbuk sari bunga, atau tungau.

Jika keluhan alergi saluran napas timbul pada malam dan pagi hari, menurut Widodo, makanan berperan sebagai penyebab. Namun memang masih banyak klinisi yang menganggap debu sebagai biang keladinya.

Alergi memang bisa membuat penderitanya frustrasi. Sebenarnya,  Anda tak perlu khawatir, karena orang dengan alergi makanan tetap dapat menikmati hidup seperti orang yang tanpa alergi. Namun memang, tetap membutuhkan beberapa perubahan dalam pola hidup.

Ayu Widya S.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?