“Sel-sel dalam tubuh manusia terus membelah diri. Dan, yang penting lagi, ada usia ‘kedaluwarsa’-nya. Sayangnya, paparan polusi, asap rokok, bahan kimia, dan unsur radikal bebas lainnya dari sekitar kita, membuat sel sekarat dan mati lebih cepat dari normal. Karenanya, sel-sel tadi mengalami penuaan yang lebih cepat pula,” terang dr. Phaidon.
Karena dipengaruhi secara genetis, maka kita perlu tahu sejarah dalam keluarga. Apakah ibu atau nenek Anda juga mengalami hal serupa? Meskipun tak bisa diubah, bisa diperlambat lajunya bila Anda, sekarang juga, menjaga gaya hidup sehat. Menurut dr. Phaidon, salah satu cara yang efektif adalah dengan pola makan yang disebut ‘antiaging diet’.
Teori kedua, kata dr. Phaidon, adalah yang terkait lebih erat dengan radikal bebas tadi. Intinya, teori ini menyatakan bahwa radikal bebas telah memperpendek usia organ tubuh. Sasaran utamanya adalah otak. “Karena, organ tubuh yang satu ini memiliki tingkat metabolisme tertinggi,” jelasnya. Sasaran kedua adalah otot tubuh. Jika efek negatif telah mengenai otot tubuh, tubuh akan jauh lebih lemah. Selain bereaksi tidak sigap, seseorang juga jadi mudah lelah. Pendeknya, kualitas hidup menjadi menurun.
Sekalipun radikal bebas sebenarnya adalah bagian dari kehidupan yang berguna untuk membunuh bakteri, radikal bebas yang menyerang tubuh justru bisa menimbulkan peradangan pembuluh darah di seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh melemah dan menjadi ‘tua’.
Teori penurunan hormon adalah teori yang ketiga. Setelah usia 30, daya kerja dan jumlah hormon dalam tubuh manusia menurun pesat. Konsekuensinya, melemahkan proses metabolisme di dalam tubuh. Dokter Phaidon mengatakan, jika tubuh tidak disayangi dengan cara memperbaiki kebiasaan makan, maka kualitas hidup akan terus menurun. “Mudah lelah dan mudah gemuk adalah dua ciri utamanya,” terangnya.
Asteria Elanda
Baca juga:
Awet Muda dengan Sarang Burung Walet