Career
Satu, Dua atau Tiga Tujuan

4 Feb 2013


Target apa yang ingin Anda capai? Apakah Anda punya rencana karier seperti yang selalu disarankan buku-buku panduan? Kalau Anda menjawab, “Ah, saya tidak punya target apa-apa, karier saya mengalir apa adanya,” menurut Sylvina Savitri, dari Experd, konsultan sumber daya manusia, itu sah-sah saja. “Mungkin yang dimaksud bukan jenjang karier atau sesuatu yang bentuknya nyata atau berupa materi. Namun, punya keinginan yang sederhana sekalipun, seperti ingin punya teman, sebetulnya adalah tujuan,” katanya.

Soal target dalam karier, Sylvina menemukan adanya perbedaan antargenerasi. “Kalau diperhatikan, orang yang membuat target karier adalah generasi baby boomer, yaitu mereka yang lahir pada tahun 1964-an ke belakang. Sementara pada generasi X, yaitu yang lahir antara tahun 1964 - 1980, relatif tidak terlalu ngotot mengejar target karier, sedangkan pada generasi Y, yaitu lahir setelah tahun 1980, umumnya memiliki beberapa target karier,” papar Sylvina.

Yang unik, hal yang menjadi target pun berbeda. Pada generasi X yang berusia 32-48 tahun, targetnya kebanyakan masih berupa karier semata, yaitu seputar jabatan dan gaji. Tapi, pada generasi Y, yaitu mereka yang kini relatif baru memasuki dunia kerja, saat ditanya mereka bilang punya banyak target.

“Sekarang bahkan bukan zamannya cuma punya satu target. Generasi Y rata-rata punya banyak target hidup. Karier bukan lagi jadi hal yang utama. Karena, yang mereka cari adalah hal-hal yang sifatnya bukan materi, seperti hidup buat apa, apa yang bisa mereka kontribusikan untuk masyarakat, dan sebagainya,” ujar Sylvina. Nilai positifnya adalah, mereka lebih tidak mementingkan diri mereka sendiri, jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang kerja untuk status dan uang.

Mungkin terdengar mengada-ada, tapi hal ini, menurut Sylvina, memang makin merebak. Ia memberi contoh bagaimana kini bermunculan komunitas dan gerakan kepedulian sosial dan lingkungan. ”Kepedulian terhadap masyarakat, keseimbangan hidup antara sosial dan pekerjaan, passion, dan spiritualisme saat ini jadi ’trending topic’ di mana-mana. Hal itu jadi pendorongnya.” Banyaknya kasus korupsi yang kemudian diangkat di media seperti mengetuk hati kebanyakan orang, terutama di Indonesia, kemudian mendorong kepekaan moral yang tinggi juga.

Bagi sebagian orang, memiliki target berapa pun banyaknya, apa pun bentuknya, disadari atau tidak, memberi energi positif. Ini yang dirasakan Venetia. ”Saya malah mendorong orang untuk punya target dan ambisi. Orang masih punya konotasi negatif untuk kedua kata itu, tapi buat saya, itu sama dengan harapan dan cita-cita,” katanya, lugas. Alasannya, kalau seseorang punya target dan ambisi, berarti ia sudah cukup tahu apa tujuannya dalam hidup, dan bagaimana mencapainya. Bagi Audrey, memasang target merupakan bentuk motivasi pada diri sendiri. Target-target tersebut menjadi semacam tantangan bagi dirinya untuk lebih terpacu mengejarnya.    

Lalu, apakah seseorang akan bahagia saat mencapai targetnya? ”Seharusnya iya, karena target sendiri berarti hal yang penting bagi dirinya, yang membuat seseorang bahagia. Kalau ia tidak bahagia saat target itu tercapai, berarti ia salah menentukan target. Mungkin yang Anda buat adalah target perusahaan, bukan diri Anda pribadi,” papar Sylvina.

Hal itu bisa berbeda bagi  tiap orang. Ada yang merasa bahagia saat jabatannya meningkat, ada juga yang merasa senang saat ia diberi pengakuan, seperti ’karyawan terbaik tahun ini’, meski tidak mendapat jabatan lebih tinggi. Mungkin yang membuat Anda bahagia bukanlah posisi top manager, tapi saat Anda bisa membuat tim dan anak buah Anda maju.

Itu sebabnya, Sylvina menyarankan  tiap orang untuk membuat  target karier yang tidak hanya berkaitan ke pangkat, gaji, atau bonus. Karena, selain itu bisa membuat kita berbuat curang, juga mempersempit peluang Anda untuk merasa bahagia. Ia menyarankan untuk melihat makna lebih dalam dari sebuah pekerjaan. Buatlah target-target yang berhubungan dengan pekerjaan Anda, misalnya, apakah Anda tambah network, tambah skills, belajar hal baru, dan sebagainya. Dengan begitu, pekerjaan Anda pun lebih berarti dari sekadar status dan uang.

Sejatinya, orang yang merasa bahagia saat target karier mereka tercapai adalah mereka yang juga memiliki kehidupan sosial, keluarga, dan pertemanan yang baik. ”Ini mungkin baru terasa jika saat setelah di puncak, Anda tiba-tiba sakit atau merasa sepi karena tak ada keluarga dan teman untuk berbagi.”(f)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?