Career
Menggali Potensi Gen Y

21 Oct 2013


Menurut Lita Mucharom, Human Capital Management Coach dari Langkah Mitra Selaras, ada lima hal penting yang sebaiknya menjadi perhatian perusahaan dalam upaya mengoptimalkan potensi gen Y, yakni: motivasi mereka dalam bekerja, sikap kerja di dalam lingkungan kerja, cara berinteraksi dengan teman sekerja, pola kepemimpinan, dan harapan mereka dari pekerjaan yang dimiliki.

Lita optimistis, gen Y memiliki potensi besar untuk menduduki posisi strategis. “Kemungkinan karena kecerdasannya juga melebihi generasi tua. Karena itu, gen Y harus diajak berdiskusi untuk mengerucutkan aspirasi kariernya. Kadangkala mereka masih gamang dengan pilihan kariernya, karena banyak role model yang mereka kagumi,” ujar Lita.

Untuk itu, ia menyarankan, ketika para gen Y ini yakin dengan pilihan kariernya, perusahaan harus mampu mengajak mereka mengaitkan karier impian mereka dengan visi dan misi perusahaan, sehingga mereka mampu melihat bahwa apa yang mereka kerjakan saat itu adalah sebuah proses menuju impiannya. Agar betah bekerja di satu tempat, perusahaan sebaiknya berusaha membangun lingkungan kerja yang nyaman. Maksudnya, tim kerja yang kuat, akrab, harmonis, dan fun.

Perlu juga membangun budaya kerja yang bisa mengakomodasi sikap kerja mereka, agar mereka bisa langsung beradaptasi dan memiliki sahabat di tempat kerjanya. Selain itu, pertimbangkan pendapat mereka, beri ruang untuk berinovasi dan berkreasi.
Saat ini, sangat lazim terjadi, gen Y menduduki posisi strategis sebagai atasan. Situasi ini terkadang menimbulkan friksi, terutama bila posisi anak buah diduduki oleh generasi yang lebih tua.

“Untuk masalah ide dan inovasi, percayakan saja pada gen Y, karena mereka lebih piawai dalam hal ini. Namun, dalam masalah struktur, sistematika kerja, dan pencapaian deadline, mereka harus didampingi dan diarahkan. Bisa dibilang, mereka agak lemah di bidang ini,” ujar Lita.

Jika mereka adalah anak buah Anda, jalin hubungan layaknya sahabat. Tentu dengan batasan adanya aturan main perusahaan yang harus dihormati. Bila mereka membuka diri, perhatikan kebutuhan mereka yang hanya ingin curhat, menjadi teman saat mereka mengalami masa-masa galau, termasuk menjadi advisor untuk hubungan asmaranya.

Intinya, atasan diharapkan mau berusaha keras memahami kebutuhan mereka, termasuk yang bersifat personal. “Contohnya, memahami ketika mereka hang out agak lama saat makan siang, dan membuka akses media jejaring sosial melalui gadget pribadi atau fasilitas kantor di tengah pekerjaan. Kedengarannya seperti pemborosan dan tidak produktif. Namun, hal tersebut bisa dijalankan, asalkan mereka diberi target yang jelas dan sepakat untuk memenuhi target tersebut, termasuk konsekuensi yang harus dihadapi bila target tidak terpenuhi,” tutur Lita.

Gen Y akan lebih produktif jika bekerja di lingkungan yang relaks. Mereka butuh fleksibilitas untuk mengatur jam kerja, termasuk kebebasan dalam berpakaian. Bagi mereka, yang terpenting adalah merasa nyaman berada di kantor. Untuk itu, perusahaan sebaiknya menurunkan semua aturan ketat -- yang bukan prinsip – agar agak lebih longgar.

Jika perusahaan secara bijak membangun iklim yang nyaman bagi gen Y untuk bekerja, sebagai balasannya, generasi ini akan memberikan ide-ide inovatif dan bekerja sesuai target, bahkan melebihi target. Pada akhirnya, hal tersebut akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan.(f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?