Mengenai hal itu, konsultan karier dan founder Iradat Consultant, Tuti Indra Fauziansyah, menegaskan agar Anda tidak melakukannya. “Menghapus pengalaman kerja Anda dari CV justru akan membuat orang bertanya-tanya, apa yang Anda lakukan di periode itu. Terlihat menganggur akan menimbulkan kesan lebih buruk dibandingkan pernah bekerja di perusahaan yang bereputasi buruk,” ujarnya.
Lagi pula, berbohong mengenai pengalaman kerja Anda adalah hal yang tidak bijak karena dunia karier adalah dunia yang sempit. Orang-orang yang bekerja di industri yang sama biasanya saling terkoneksi, baik secara langsung maupun tidak langsung. “Jika pada akhirnya Anda ‘ketahuan’ berbohong, Anda justru akan dicurigai terlibat di dalam kasus atau skandal perusahaan lama sehingga Anda merasa perlu menutup-nutupinya,” jelas Tuti, memperingatkan.
Anda boleh menutupi ‘kekurangan’ itu dengan mencantumkan mengenai lingkup tanggung jawab yang pernah dipegang, kebijakan yang pernah diambil, keberhasilan yang pernah dicapai, serta kompetensi-kompetensi yang dikuasai secara jelas dan detail. Sehingga, perhatian pemberi kerja dapat difokuskan pada hal-hal yang positif.
Di sinilah peningkatan kompetensi Anda selama bekerja dapat memberi pengaruh penting. “Inilah yang dapat meningkatkan value Anda, bukan seberapa bergengsinya perusahaan tempat Anda bekerja sebelumnya. Karena, jika perusahaan tempat Anda bekerja sebelumnya memiliki reputasi cemerlang, namun Anda sendiri tidak mengalami peningkatan kompetensi, Anda pun gagal memberikan kesan positif,” ungkapnya.
Jadi, tak perlu khawatir bahwa bekerja di perusahaan yang tengah menghadapi kasus, skandal, maupun bereputasi buruk dapat merusak masa depan karier Anda. Karena perjalanan karier Anda sepenuhnya bergantung pada kompetensi dan keberhasilan yang Anda capai.
Apa pun keputusan Anda, janganlah terpancing untuk berkomentar terlalu jauh mengenai ‘isi’ perusahaan Anda. Karena, ketika Anda bekerja di perusahaan yang bereputasi buruk, akan selalu ada pertanyaan-pertanyaan seputar apa yang sesungguhnya terjadi di perusahaan Anda. “Jawablah sebatas yang Anda ketahui. Hal yang di luar pemahaman Anda, tak perlu Anda tanggapi. Yang paling berbahaya adalah jawaban berdasarkan asumsi karena dapat menimbulkan pemahaman yang salah dan memperkeruh suasana,” jelas Tuti.
Walaupun Anda memahami permasalahan yang terjadi di perusahaan Anda dengan mendetail, jangan sampai pula Anda membeberkannya kepada sembarang orang. “Paling mudah memberikan jawaban sesuai dengan berita yang beredar di media massa, jika masalah perusahaan Anda memang terekspos oleh media massa. Kecuali jika berita yang beredar adalah rumor belaka. Anda justru dapat memanfaatkan pemahaman Anda untuk meluruskannya,” tutup Tuti.
EKA JANUWATI