Career
Feminin adalah Kekuatan Kita!

30 Jul 2012


Sukses memang seharusnya tidak lagi mempersoalkan gender dan sindrom ‘peran ganda’.

Ketika Margareth Thatcher dilamar sang suami, ia sudah tahu bahwa ia tidak bisa hanya menjalankan peran tradisional di rumah. Ia merasa panggilan untuk berkarier terlalu kuat. ‘Fire’ dan ambisinya untuk memimpin bergelora. Ia tahu kekuatan dirinya, tahu apa yang ia inginkan, dan bisa mengomunikasikannya dengan jelas kepada suami.

Tentunya tidak semua orang harus seambisius Thatcher. Tetapi, bila kita merasa punya potensi memimpin, alangkah salahnya bila potensi tersebut kemudian kita tepis karena ketidakinginan kita untuk sedikit lebih dalam mengenal diri sendiri.

Kita harus sadar bahwa langkah pertama untuk berprestasi adalah berupaya menemukan brightspot kita. Ini bukan lagi saatnya kita membuang waktu membahas kelemahan dan ancaman, namun sebaliknya, memperjelas kekuatan agar bisa digenjot dan dioptimalkan untuk mencapai sasaran. Kitalah yang harus menangkap peluang, bukan mengharapkan peluang itu diberikan ke pangkuan kita.

Seberapa sering kita mendengar wanita sendiri yang menganggap feminitas sebagai penghambat? Kita harus ingat bahwa banyak sekali wanita tidak  memanfaatkan feminitasnya sebagai kekuatan kepemimpinan. Padahal, sikap feminin, yaitu merangkul, membangun koneksi, merawat, adalah modal penting untuk menjalankan kepemimpinan efektif.

Jangan lupa bahwa kepemimpinan diperoleh dari kekuatan membangun koneksi secara 360 derajat: ke atas, ke sesama rekan, kepada bawahan. Sikap keibuan malahan tidak pernah boleh diistirahatkan dan diremehkan.

Wanita pun tidak zamannya lagi kelihatan sebagai orang yang masih membutuhkan privilege atau mengambil keuntungan sendiri karena kewanitaannya. Totalitas yang perlu dimunculkan jusru kesediaan kita untuk berkorban demi tim, berpartisipasi penuh dalam tim, sehingga komitmen kita betul-betul tercium oleh semua orang. Kita boleh sukses melalui upaya tim, tetapi kita tidak pernah boleh memandang kesuksesan secara terpisah dari tim, apalagi merasa bahwa kesuksesan kita raih sendiri.(f)





 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?