Career
Dilema Cinta Atasan

17 Mar 2014

Sebuah studi yang dilakukan situs kencan online IllicitEncounters.com menyebutkan bahwa karyawan yang bekerja lebih dari 45 jam seminggu potensial menjalin hubungan cinta dengan rekan kerja, klien, dan tak terkecuali juga atasannya!

Menghabiskan waktu bersama seharian memang mampu menciptakan kedekatan emosi. Tanpa disadari, kedekatan itu bisa saja menumbuhkan benih-benih cinta. Apakah kisah office romance ini juga menjadi cerita Anda? Jangan sampai profesionalisme Anda terjegal.

“Cinta itu terjadi akibat kebiasaan. Mungkin awalnya tak ada rasa apa-apa. Tapi, karena sering diajak atasan ke sana kemari atau terlibat dalam penyelesaian proyek, maka otomatis mereka jadi sering berduaan. Intensitas hubungan pun meningkat,” ujar Noeraini Poerwadi, Senior Konsultan SDM Iradat.

Untuk yang sudah berkeluarga, kemungkinan jatuh cinta kepada atasan/bawahan atau rekan kerja akan  makin tinggi jika ada masalah dalam rumah tangga. “Semuanya diawali dari curhat,” kata Noeraini, mengingatkan. “Tak sedikit mereka yang telah berkeluarga mau ‘bermain api’ sebagai pelarian dari rasa kesepian akibat masalah rumah tangganya, pasangan sakit, atau memang karena betul-betul jatuh cinta,” tambahnya.      

Menurut Noeraini, sebenarnya sah-sah saja berpacaran di kantor apabila keduanya masih berstatus lajang. Yang terpenting adalah keduanya harus mampu menjaga profesionalisme dalam bekerja, menjaga objektivitas, dan menjaga sikap selama berada dalam lingkungan kantor.

Namun, menjalani office affair bukan perkara sederhana. Akan ada banyak permasalahan yang mungkin timbul. Salah satunya, yang menurut Noeraini paling berisiko, adalah gunjingan dari sesama kolega. “Gunjingan ini bisa macam-macam bentuknya. Biasanya orang akan langsung menggunjingkan si bawahan yang dianggap mendapat perlakuan khusus dari atasan yang menjadi pacarnya,” jelas Noeraini.

Kasus lainnya, bawahan yang belum matang secara emosi, bisa jadi ia akan bersikap petantang-petenteng di depan rekan kerjanya, karena merasa dirinya dekat dengan bos. Kondisi seperti ini tentu akan membuat suasana kerja menjadi tak nyaman.

Dalam hubungan sebagai atasan dan bawahan, objektivitas akan menjadi kendala yang besar, karena bagaimanapun akan ada perlakuan-perlakuan istimewa dari atasan. Misalnya, memberikan bawahan yang adalah kekasihnya tugas yang lebih ringan, tak pernah dimarahi jika membuat kesalahan, atau menempatkannya di proyek-proyek yang ‘basah’.

Menurut Noeraini, apabila yang menjadi atasan adalah wanita, maka kemungkinan pengaruh objektivitasnya cenderung lebih tinggi. “Dan, biasanya juga paling sulit untuk ditegur atau diingatkan oleh HRD,” katanya. Jadi, sekalipun tak dilarang, Noeraini menyarankan agar office affair sebaiknya dihindari.

Meskipun seolah memberi ‘suntikan’ semangat kerja,  ada banyak dampak buruk terhadap produktivitas kerja. Misalnya, jika terjadi pertengkaran, bisa saja memengaruhi konsentrasi kerja. Itu sebabnya, banyak perusahaan yang menetapkan kebijakan tidak memperbolehkan pasangan suami-istri bekerja di  perusahaan yang sama.


Reynette Fausto
Foto: Getty Images

 



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?