Career
Copycat Dalam Karier

30 Jun 2014

Kata copycat, meniru, menyontek, mengimitasi, dan teman-temannya mengandung kesan yang negatif. Jadi, ketika di sekitar kita kata-kata seperti itu muncul, sepertinya kita langsung anti, berusaha menjauh, takut kalau dikait-kaitkan dengan kata-kata tersebut. Padahal, sebetulnya meniru itu tidak senegatif kedengarannya.

Sadar atau tidak, kita kerap meniru rekan kerja atau atasan kita. Misalnya, dalam hal mendekati klien, bicara dengan klien, menegur anak buah, dan dalam berbagai situasi lain. Seperti apa meniru yang sehat itu?

Tahun lalu seorang penulis fashion dan gaya hidup di sejumlah media, Anna Hart, memunggah artikel Why You Need to Dress Like Your Boss di www.theguardian.com. Dalam artikel itu disebutkan, tim kerja yang memiliki gaya berpakaian serupa mampu bekerja sama dengan lebih baik, dan kalau ingin meningkatkan karier Anda, Anda bisa melakukan lebih dari sekadar meniru gaya busana atasan Anda.

Artikel ini mengutip survei yang dilakukan Debenhams, yaitu lebih dari dua per tiga manajer mengakui bahwa mereka memiliki kepedulian yang meningkat terhadap karyawan yang gaya berbusananya serupa dengan mereka, dan para karyawan ini mendapatkan nilai lebih, karena dianggap telah melakukan tindakan yang tepat. Tulisan ini menuai komentar lebih dari 200, dibagikan lewat media jejaring sosial hingga 540 kali.

Berlipat gandanya jumlah share barangkali mencerminkan kelegaan banyak karyawan, lega karena peniruan mereka –atau mungkin baru berbentuk niat-- ternyata valid, bahkan disarankan. Dalam artikel tersebut, Julia Twigg, dosen kebijakan sosial dan sosiologi di University of Kent, menegaskan bahwa secara alami fashion bersifat hierarkis. Maksudnya, sejak zaman dulu orang yang berstatus lebih rendah berusaha berbusana mengikuti orang yang berstatus lebih tinggi.

Sylvina Savitri, konsultan Experd, menjelaskan, dalam psikologi ada ilmu yang dikenal sebagai mirroring. “Sederhananya, mirroring berarti berusaha menyamakan frekuensi dengan lawan bicara. Makin kita mirip dengan lawan bicara,  makin mudah lawan bicara itu menyukai kita.”

Mirroring adalah strategi untuk mendekati orang lain, termasuk atasan. Karena, atasan adalah orang yang paling signifikan di tempat kerja, orang yang menilai kinerja kita. Jadi, cukup valid dan cukup sahih, jika seseorang berstrategi untuk menyama-nyamakan diri dengan orang yang ingin ia dekati. “Makin banyak kemiripan,  makin mudah Anda membangun kedekatan hubungan, melakukan persuasi, atau memengaruhi orang lain,” tambahnya.

Banyak penelitian yang mendukung hal tersebut. Di Psychology Today, disebutkan bahwa dampak ini secara natural cukup sering terjadi, karena kita merasa bisa membangun hubungan yang menyenangkan dengan orang yang kita tiru atau meniru kita.

Sementara penelitian Duke University, Amerika Serikat, mengungkap bahwa bentuk peniruan yang halus dapat bermanfaat, ketika Anda mencoba mendapatkan dukungan dari seseorang. Dari penelitian ini terungkap bahwa orang bisa mengubah perilaku dan perangainya, meniru orang yang mereka ajak berinteraksi. Ditambah penelitian dari Nijmegen University, Belanda, yang menyebutkan, selain meningkatkan hubungan baik, meniru bisa membuat Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan. Hmm… menggiurkan, ya?


Veronica Wahyuningkintarsih




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?